Perlu diingat bahwa Gussow (1955) dan Welte (1964) berpendapat bahwa migrasi primer justru bisa dimulai pada kedalaman 500 m,dan berakhir apabila porositas mendekati kisaran 5 - 10 %, kira-kira pada kedalaman 3000 - 6000 m. Dalam hal ini bolehlah kita berikan catatan, bahwa masih adanya 35 % porositas belum berarti adanya permeabilitas, yang dalam serpih pada umumnya sangat kecil sekali nilainya.
Pada stadium pertama, minyakbumi atau zat organik diperas keluar dalam bentuk koloid atau 'micelle' (Baker, 1962). Maka 'timing' dari adanya batuan reservoir dan perangkap pada waktu ini penting untuk adanya akumulasi minyakbumi. Minyakbumi yang telah terbentuk tidak perlu berkumpul dalam batuan reservoir, dapat tersebar, asal jangan terperas kembali ke permukaan sedimentasi. Oleh karena itu adanya batuan reservoir pada waktu ini lebih penting, sedangkan saluran permeabel seperti bidang ketidakselarasan dapat bertindak sebagai penyalur. Tidaklah mustahil bahwa perangkap stratigrafi telah terbentuk pada waktu ini dalam bentuk lensa-lensa pasir, pembajian, terumbu koral, dan lain-lain. Hal ini terbukti pula dari penyelidikan Kidwell dan Hunt (1958) pada sedimen resen di delta pedernales, dimana tekanan hidrostatik meningkat ke arah lensa-lensa pasir dan ke arah ketidakselarasan. Kemungkinan sekali sebagian besar hidrokarbon yang terbentuk, kembali diperas keatas ke dalam laut. Setelah penangkapan/penjebakan dalam batuan reservoir pembentukan perangkap struktur di kemudian hari, dapat terjadi remigrasi dan redistribusi minyakbumi. Rupa-rupanya pada stadium ini mekanisme penjebakan (trapping mechanism) terutama adalah secara stratigrafi (lensa-lensa pasir, pembajian, dan sebagainya). Hal seperti ini didapatkan untuk Red Wash field di negara bagian Utah, sedangkan pelipatan kemudian hanya menyebabkan penyesuaian kembali (re-ad justment) saja.
Teori pembentukan segera ini yang dipelopori oleh Levorsen (1958), merupakan teori yang banyak diterima di Amerika Serikat, karena cocok dengan kenyataan bahwa hidrokarbon terdapat dalam sedimen Resen. Perlu dicatat bahwa disini ada perbedaan dengan hidrokarbon pada minyakbumi. Juga seperti diketahui, teori ini cocok dengan argumentasi bahwa pembentukan minyakbumi merupakan proses temperatur rendah. Dalam hal ini, mekanisme transformasi kemungkinan besar disebabkan aktifitas bakteri (Zobel, 1945), ataupun tanpa mekanisme tertentu, hidrokarbon yang serupa dengan yang terdapat dalam minyakbumi dibentuk pula dalam siklus hidup normal dari banyak tumbuhan dan hewan. Akumulasi jasad yg tak terhingga banyaknya ini, segera setelah sedimentasi siap untuk dikonsentrasikan dan diawetkan.
Menurut Levorsen (1958), zat organik/hidrokarbon yang jatuh dalam lingkungan oksidasi akan membentuk pirobitumina, sedangkan dalam lingkungan reduksi terbentuk minyakbumi. Perlu dicatat bahwa menurut Barbat (1967), dilingkungan reduksi terbentuk minyakbumi yang aspaltis. Implikasi teori ini ialah tidak diperlukannya migrasi jarak jauh, dan untuk serpih yang normal bertindak sebagai batuan induk tidak diperlukan ciri tertentu, misalnya harus kaya akan zat organik dan lain-lain. Sebagai konsekuensinya, banyak keadaan yg memaksakan untuk menerima sedimen fasies non-marin sebagai sumber minyakbumi. Memang dalam hal ini Hedberg (1968) pernah memberikan suatu daftar yg memperlihatkan bahwa banyak akumulasi minyakbumi di dunia yg bersifat parafin berat selalu berasosiasi dengan sedimen non-marin, atau setidak-tidaknya dekat pantai. Sebagai contoh misalnya, Red Wash field (Utah, A.S) dan di nigeria. Di Indonesia dapat dicatat bahwa minyakbumi parafin Minas (lapangan CALTEX), Talang Akar (sumatera selatan) dan tanjung (kalimantan selatan) terdapat dalam formasi yg jelas non-marin atau setidak-tidaknya berafiliasi secara non-marin.
Mengenai pembentukan segera ini, setidak-tidaknya waktu pengeluaran minyakbumi dari batuan induk, mendapat perhatian kembali dari Wilson (1975). Walaupun bukti-bukti geokimia untuk pembentukan lambat dari minyakbumi cukup meyakinkan, ia menunjuk kembali akan bukti-bukti geologi dari lapangan-lapangan minyak di dunia sebagaimana di kumpulkan oleh Weeks (1960) dan Hedberg (1964) yg menunjukan secara sangat meyakinkan bahwa migrasi dan akumulasi minyakbumi terjadi dalam jangka waktu yg pendek dan tidak lama setelah penguburan batuan induk dan reservoir.maka waktu pembentukan/pengeluaran hidrokarbon dan batuan induknya ini dianggap Wilson (1975) sebagai suatu paradox untuk para geologist dan para geokimiawan. Bukti-bukti untuk pembentukan segera didapatkan dari derajat pemancungan suatu struktur tua, urutan diagenesa di dalam dan di luar kolom hidrokarbon, dan terutama dari akumulasi yg merupakan perangkap sistem tertutup, antara lain perangkap-perangkap lensa akumulasi dalam olistolit.
Selasa, 12 Oktober 2010
Kamis, 02 September 2010
WAKTU PEMBENTUKAN MINYAK DAN GASBUMI
konsepsi stadium serpih. Waktu pembentukan minyak - gasbumi sangat erat hubungannya dengan mekanisme transformasi dan mekanisme migrasi. Juga hal ini sangat erat hubungannya dengan terjadinya suatu akumulasi minyak, ada tidaknya suatu perangkap pada wakttu minyak dikeluarkan.
Pada umumnya ada 2 tanggapan mengenai waktu pembentukan ini :
pembentukan segera ( early formation )
pembentukan lambat ( late formation ).
ANGGAPAN PEMBENTUKAN SEGERA
anggapan ini didasarkan pada banyak hal :
- terdapatnya hidrokarbon dalam sedimen resen. Smith, 1952 (di gulf of Mexico,1954 ; Santa Crus Basin), menunjukan bahwa minyak bumi dapat terbentuk tak lama setelah sedimentasi. Hal yg sama ditemukan oleh Kidwel dan Hunt (1958), malahan akumulasi daqat terjadi dalam waktu beberapa puluh ribu tahun saja, seperti di Pederneles, Venezuela.
- kenyataan bahwa makin tertimbun sedimen, lempung dan serpih makin padat sehingga makin sulit bagi cairan yg terbentuk didalamnya untuk bermigrasi. Kenyataan ini dikemukakan oleh Hedberg (1932) dengan fasa perkembngan yg didasarkan atas percobaan inti pemboran didaerah venezuela.
Pada umumnya ada 2 tanggapan mengenai waktu pembentukan ini :
pembentukan segera ( early formation )
pembentukan lambat ( late formation ).
ANGGAPAN PEMBENTUKAN SEGERA
anggapan ini didasarkan pada banyak hal :
- terdapatnya hidrokarbon dalam sedimen resen. Smith, 1952 (di gulf of Mexico,1954 ; Santa Crus Basin), menunjukan bahwa minyak bumi dapat terbentuk tak lama setelah sedimentasi. Hal yg sama ditemukan oleh Kidwel dan Hunt (1958), malahan akumulasi daqat terjadi dalam waktu beberapa puluh ribu tahun saja, seperti di Pederneles, Venezuela.
- kenyataan bahwa makin tertimbun sedimen, lempung dan serpih makin padat sehingga makin sulit bagi cairan yg terbentuk didalamnya untuk bermigrasi. Kenyataan ini dikemukakan oleh Hedberg (1932) dengan fasa perkembngan yg didasarkan atas percobaan inti pemboran didaerah venezuela.
Kamis, 12 Agustus 2010
KADAR ZAT ORGANIK DALAM SEDIMEN dan BATUAN SEDIMEN
Untuk mengetahui apakah zat organik yg terkandung dalam sedimen Resen ataupun dalam batuan sedimen cukup banyak dan cukup berarti untuk terbentuknya akumulasi minyakbumi di dunia ini, maka mulai tahun 1926 Institut Minyakbumi Amerika dan Dewan Research Nasional serta Jawatan Geologi AS memulai suatu studi mengenai kadar organik sedimen Resen, yang berlangsung selama 5 tahun. Penelitian ini dipimpin oleh Parker Trask dan hasilnya dilaporkan pada tahun 1932. Dalam penyelidikan ini lebih dari 35.000 contoh sedimen Resen dikumpulkan dari beberapa tempat di laut ataupun estuari dan dari berbagai macam lingkungan pengendapan di seluruh dunia.
Kesimpulan yang didapatkan dari 2000 contoh terutama adalah enam pokok, yaitu :
1) kadar organik sedimen sangat dipengaruhi oleh konfigurasi laut. Endapan dalam cekungan yg tertutup mengandung lebih banyak zat organik daripada punggungan serta lereng-lereng yg ada didekatnya.
2) kadar organik sedimen meningkat dengan halusnya tekstur. Lempung mengandung kira-kira 2 kali lebih banyak zat organik daripada lanau dan selanjutnya lanau mengandung 2 kali lebih banyak zat organik daripada pasir halus.
3) kadar organik sedimen halus dapat berkisar besar sekali dalam jarak beberapa kilometer saja, tanpa memperlihatkan perubahan mikroskopik dalam tekstur endapannya.
4) kadar organik sedimen laut yg khas, bervariasi secara kasar dengan jumlah plankton yg terdapat pada permukaan air laut. Tetapi dalam endapan lingkungan dangkal dan estuari kadarnya sangat tergantung pada tumbuh-tumbuhan dan zat organik berasal dari persediaan plankton yg terbawa dan tersangkut disitu.
5) sedimen dekat pantai mengandung lebih banyak zat organik daripada endapan samudra terbuka.
6) kadar organik didaerah pemunculan air laut dalam ke permukaan sangatlah besar.
Selain itu Parker Trask (1939) juga menunjukan bahwa :
a. Didalam sedimen marin Resen, zat organik berkisar dari 0,5 - 5 % atau rata-rata 2,5 % dari zat padat total. Nilai yg paling tinggi didapatkan dalam sedimen danau yg ada zaman sekarang, yaitu bisa mencapai 40 % dari zat padat total. Data untuk menggambarkan bahwa makin halus sedimen makin tinggi kadar zat organiknya didapatkan dari suatu danau dekat New Orleans sebagai berikut : pasir 0,3 %, pasir lanauan 1,55 %, pasir lempungan 1,98 %, lanau pasiran 2,3 %, lempung pasiran 2,68 %, lanau 4,9 %, lempung 6,72 %.
b. Untuk kedalaman yg lebih besar, kadar zat organik makin menurun.
Didaerah Gulfcoast nilai penurunan kadar tersebut adalah 13 % tiap centimeter.
Parker Trask (1932) tidak menemukan adanya hidrokarbon didalam sedimen Resen. Pada tahun 1954 Smith berhasil menemukan hidrokarbon tersebut dengan mengambil contoh secara lebih teliti, yaitu dengan mengadakan berbagai tindakan pencegahan penguraian oleh bakteri. Hidrokarbon yg ditemukan oleh Smith bersifat aspal dan tidak identik dengan minyakbumi.
Kesimpulan yang didapatkan dari 2000 contoh terutama adalah enam pokok, yaitu :
1) kadar organik sedimen sangat dipengaruhi oleh konfigurasi laut. Endapan dalam cekungan yg tertutup mengandung lebih banyak zat organik daripada punggungan serta lereng-lereng yg ada didekatnya.
2) kadar organik sedimen meningkat dengan halusnya tekstur. Lempung mengandung kira-kira 2 kali lebih banyak zat organik daripada lanau dan selanjutnya lanau mengandung 2 kali lebih banyak zat organik daripada pasir halus.
3) kadar organik sedimen halus dapat berkisar besar sekali dalam jarak beberapa kilometer saja, tanpa memperlihatkan perubahan mikroskopik dalam tekstur endapannya.
4) kadar organik sedimen laut yg khas, bervariasi secara kasar dengan jumlah plankton yg terdapat pada permukaan air laut. Tetapi dalam endapan lingkungan dangkal dan estuari kadarnya sangat tergantung pada tumbuh-tumbuhan dan zat organik berasal dari persediaan plankton yg terbawa dan tersangkut disitu.
5) sedimen dekat pantai mengandung lebih banyak zat organik daripada endapan samudra terbuka.
6) kadar organik didaerah pemunculan air laut dalam ke permukaan sangatlah besar.
Selain itu Parker Trask (1939) juga menunjukan bahwa :
a. Didalam sedimen marin Resen, zat organik berkisar dari 0,5 - 5 % atau rata-rata 2,5 % dari zat padat total. Nilai yg paling tinggi didapatkan dalam sedimen danau yg ada zaman sekarang, yaitu bisa mencapai 40 % dari zat padat total. Data untuk menggambarkan bahwa makin halus sedimen makin tinggi kadar zat organiknya didapatkan dari suatu danau dekat New Orleans sebagai berikut : pasir 0,3 %, pasir lanauan 1,55 %, pasir lempungan 1,98 %, lanau pasiran 2,3 %, lempung pasiran 2,68 %, lanau 4,9 %, lempung 6,72 %.
b. Untuk kedalaman yg lebih besar, kadar zat organik makin menurun.
Didaerah Gulfcoast nilai penurunan kadar tersebut adalah 13 % tiap centimeter.
Parker Trask (1932) tidak menemukan adanya hidrokarbon didalam sedimen Resen. Pada tahun 1954 Smith berhasil menemukan hidrokarbon tersebut dengan mengambil contoh secara lebih teliti, yaitu dengan mengadakan berbagai tindakan pencegahan penguraian oleh bakteri. Hidrokarbon yg ditemukan oleh Smith bersifat aspal dan tidak identik dengan minyakbumi.
Selasa, 10 Agustus 2010
BATUAN INDUK,PEMATANGAN DAN MIGRASI SERTA AKUMULASI
Secara populer sering dikemukakan, bahwa pembentukan minyakbumi terjadi karena pengonggokan zat organik terutama plankton pada dasar laut, dan tertimbun dengan sedimen halus dalam keadaan reduksi, sehingga terawetkan. Hal ini hanya terjadi di cekungan sedimen dimana terdapat suatu ambang dari laut terbuka, sehingga terdapat suatu keadaan setengah euxinic, dengan sedimen yang cepat. Dibarengi dengan penurunan. Lama-lama kita mendapatkan suatu urut-urutan batuan serpih yang kaya akan zat organik dan berwarna hitam yg disebut 'source rock' atau batuan induk. Karena gradien panas bumi dan gaya tektonik serta pembebanan, oleh temperatur tinggi dan tekanan, zat organik tersebut di ubah menjadi minyak dan gasbumi dan diperas ke luar untuk bermigrasi ke batuan reservoir.
Dalam konsepsi populer ini, dipisahkan antara fasies batuan induk (serpih, diendapkan dalam keadaan reduksi pada dasar laut dalam) dan fasies batuan reservoir (pasir,karbonat, diendapkan dalam keadaan oksidasi, banyak gelombang, dekat pantai), sehingga suatu migrasi jarak jauh diperlukan. Konsepsi populer ini menimbulkan suatu konsepsi mengenai 'batuan induk' yg dicirikan oleh beberapa sifat tertentu.
Dalam konsepsi populer ini, dipisahkan antara fasies batuan induk (serpih, diendapkan dalam keadaan reduksi pada dasar laut dalam) dan fasies batuan reservoir (pasir,karbonat, diendapkan dalam keadaan oksidasi, banyak gelombang, dekat pantai), sehingga suatu migrasi jarak jauh diperlukan. Konsepsi populer ini menimbulkan suatu konsepsi mengenai 'batuan induk' yg dicirikan oleh beberapa sifat tertentu.
Kamis, 05 Agustus 2010
PROSES TRANSFORMASI ZAT ORGANIK MINYAK BUMI diajukan beberapa pendapat :
DEGRADASI TERMAL
Kalau sedimen mengalami penimbunan dan pembebanan, maka tekanan dan temperatur akan meningkat. Pengaruh tekanan rupanya tidak seberapa besar (Hawley, 1930; Van Tuyl dan Blackburn, 1925). Temperatur merupakan faktor penting. Percobaan pemanasan kerogen berhasil membentuk minyak bumi, tetapi memerlukan temperatur sangat tinggi (400' C). Hal ini bertentangan dengan adanya porfirin (temperatur rendah) didalam kerogen. Akhir-akhir ini faktor temperatur dikemukakan kembali oleh Welte (1964) dan Phillipi (1965), yang menganggap bahwa proses transformasi merupakan degradasi termal yang mencakup dekarboxilasi. Diperhitungkan bahwa faktor temperatur tinggi dapat diganti dengan faktor waktu. Apabila dihitung dengan persamaan Arrhenius, maka pada temperatur 50' - 180' dekarboxilasi memerlukan satu juta tahun; sedangkan proses "cracking" untuk membentuk 100' - 160'. Teori degradasi termal ini banyak dianut oleh para ahli geokimia, dan merupakan teori yang diterima secara meluas, bahkan diterapkan langsung dalam explorasi.
REAKSI KATALIS
Sesuai dengan yang berlangsung di dalam kilang minyak, "cracking" terjadi pada temperatur rendah dan berjalan lebih cepat apabila menggunakan lempung sebagai katalisator (asam silikat) (Brooks, 1954). Sanggahan terhadap proses ini menyatakan bahwa kontak langsung tidak terjadi antara zat-zat bersangkutan, karena terdapat selaput lendir air yang menghalangi (Landes, 1965).
RADIOAKTIFITAS
Penelitian yg telah dilakukan oleh Whitehead (1954) membuktikan kemampuan pembentukan hidrokarbon minyak bumi dari zat organik. Misalnya, bombardemen asam lemak oleh partikel-partikel alpha membentuk hidrokarbon parafin. Dari hasil yg diperoleh terdapat beberapa keberatan yaitu
1. Kemana hilangnya hidrogen sedangkan justru terjadi kebalikannya yaitu seharusnya hidrogen bertambah
2. Hasil yg diperoleh secara kuantitatif tak cukup
3. Terdapatnya serpih hitam tak kaya minyak, akan tetapi mengandung banyak pirobitumina, sedangkan serpih hitam ini kaya akan zat radioaktif
4. Porfirin tak akan tahan.
Sebetulnya sumber radioaktif cukup banyak terdapat dalam formasi : U, Th dan K40, terutama yg disebut terakhir ini. Serpih biasanya mengandung lebih banyak zat radioaktif, terutama serpih hitam; hal mana diterapkan pada log radioaktifitas.
AKTIVITAS BAKTERI (mikrobiokimia)
Penelitian mengenai kegiatan bakteri banyak dilakukan oleh Zobell (1945). Bakteri mempunyai potensi besar dalam proses pembentukan hidrokarbon minyak bumi dan memegang peranan dari sejak matinya zat organik sampai pada waktu diagenesa. Pada umumnya aktifitas bakteri menimbulkan dan mengintensifkan lingkungan yg mereduksi, sehingga setidak-tidaknya menyiapkan milieu terbentuknya minyak bumi (Welte, 1964). Berbagai percobaan laboratorium ternyata menunjukan hasil positif, sedangkan bakteri diketahui ditemukan pada kedalaman ribuan meter dibawah permukaan.
TANPA SESUATU PROSES TERTENTU
Levorsen (1958) berpendapat bahwa organisme membentuk hidrokarbon sebagai bagian dari proses metabolisme dalam siklus hidupnya yang normal. Hidrokarbon ini jika terkumpul akan cukup banyak untuk merupakan cadangan minyak bumi yang kita ketahui. Juga minyak bumi dari rembesan dari zaman-zaman yg lampau mungkin diendapkan kembali, dan menambah cadangan yang telah ada. Gagasan ini didukung oleh Meinschein (1959, 1961) dan Baker (1969), mereka mengatakan bahwa zat-zat yg menyerupai minyak bumi telah ada dalam zat organik dan hanya membutuhkan sedikit modifikasi untuk berubah menjadi minyak bumi.
Kalau sedimen mengalami penimbunan dan pembebanan, maka tekanan dan temperatur akan meningkat. Pengaruh tekanan rupanya tidak seberapa besar (Hawley, 1930; Van Tuyl dan Blackburn, 1925). Temperatur merupakan faktor penting. Percobaan pemanasan kerogen berhasil membentuk minyak bumi, tetapi memerlukan temperatur sangat tinggi (400' C). Hal ini bertentangan dengan adanya porfirin (temperatur rendah) didalam kerogen. Akhir-akhir ini faktor temperatur dikemukakan kembali oleh Welte (1964) dan Phillipi (1965), yang menganggap bahwa proses transformasi merupakan degradasi termal yang mencakup dekarboxilasi. Diperhitungkan bahwa faktor temperatur tinggi dapat diganti dengan faktor waktu. Apabila dihitung dengan persamaan Arrhenius, maka pada temperatur 50' - 180' dekarboxilasi memerlukan satu juta tahun; sedangkan proses "cracking" untuk membentuk 100' - 160'. Teori degradasi termal ini banyak dianut oleh para ahli geokimia, dan merupakan teori yang diterima secara meluas, bahkan diterapkan langsung dalam explorasi.
REAKSI KATALIS
Sesuai dengan yang berlangsung di dalam kilang minyak, "cracking" terjadi pada temperatur rendah dan berjalan lebih cepat apabila menggunakan lempung sebagai katalisator (asam silikat) (Brooks, 1954). Sanggahan terhadap proses ini menyatakan bahwa kontak langsung tidak terjadi antara zat-zat bersangkutan, karena terdapat selaput lendir air yang menghalangi (Landes, 1965).
RADIOAKTIFITAS
Penelitian yg telah dilakukan oleh Whitehead (1954) membuktikan kemampuan pembentukan hidrokarbon minyak bumi dari zat organik. Misalnya, bombardemen asam lemak oleh partikel-partikel alpha membentuk hidrokarbon parafin. Dari hasil yg diperoleh terdapat beberapa keberatan yaitu
1. Kemana hilangnya hidrogen sedangkan justru terjadi kebalikannya yaitu seharusnya hidrogen bertambah
2. Hasil yg diperoleh secara kuantitatif tak cukup
3. Terdapatnya serpih hitam tak kaya minyak, akan tetapi mengandung banyak pirobitumina, sedangkan serpih hitam ini kaya akan zat radioaktif
4. Porfirin tak akan tahan.
Sebetulnya sumber radioaktif cukup banyak terdapat dalam formasi : U, Th dan K40, terutama yg disebut terakhir ini. Serpih biasanya mengandung lebih banyak zat radioaktif, terutama serpih hitam; hal mana diterapkan pada log radioaktifitas.
AKTIVITAS BAKTERI (mikrobiokimia)
Penelitian mengenai kegiatan bakteri banyak dilakukan oleh Zobell (1945). Bakteri mempunyai potensi besar dalam proses pembentukan hidrokarbon minyak bumi dan memegang peranan dari sejak matinya zat organik sampai pada waktu diagenesa. Pada umumnya aktifitas bakteri menimbulkan dan mengintensifkan lingkungan yg mereduksi, sehingga setidak-tidaknya menyiapkan milieu terbentuknya minyak bumi (Welte, 1964). Berbagai percobaan laboratorium ternyata menunjukan hasil positif, sedangkan bakteri diketahui ditemukan pada kedalaman ribuan meter dibawah permukaan.
TANPA SESUATU PROSES TERTENTU
Levorsen (1958) berpendapat bahwa organisme membentuk hidrokarbon sebagai bagian dari proses metabolisme dalam siklus hidupnya yang normal. Hidrokarbon ini jika terkumpul akan cukup banyak untuk merupakan cadangan minyak bumi yang kita ketahui. Juga minyak bumi dari rembesan dari zaman-zaman yg lampau mungkin diendapkan kembali, dan menambah cadangan yang telah ada. Gagasan ini didukung oleh Meinschein (1959, 1961) dan Baker (1969), mereka mengatakan bahwa zat-zat yg menyerupai minyak bumi telah ada dalam zat organik dan hanya membutuhkan sedikit modifikasi untuk berubah menjadi minyak bumi.
Rabu, 04 Agustus 2010
PROSES TRANSFORMASI ZAT ORGANIK PEMBENTUK MINYAK DAN GAS BUMI
Kalau kita percaya bahwa zat organik merupakan sumber minyak bumi, timbulah pertanyaan bagaimana proses perubahannya terjadi? Melihat perbedaan azasi antara zat organik dan minyak bumi, proses ini meliputi :
1. HIDROGENISASI. Timbulah persoalan darimana asal hidrogen untuk proses ini (Prat, 1930)
2. DEKARBOXILASI atau DEOXIGENASI, timbul persoalan kemana larinya karboxil atau oksigen
3. Perubahan OKSIGEN, perubahan ini merupakan perubahan dari tingkatan termodinamika energi tinggi ke energi rendah.
1. HIDROGENISASI. Timbulah persoalan darimana asal hidrogen untuk proses ini (Prat, 1930)
2. DEKARBOXILASI atau DEOXIGENASI, timbul persoalan kemana larinya karboxil atau oksigen
3. Perubahan OKSIGEN, perubahan ini merupakan perubahan dari tingkatan termodinamika energi tinggi ke energi rendah.
Selasa, 03 Agustus 2010
Lingkungan Pengumpulan Zat Organik Pembentuk Minyak dan Gasbumi-2
Danau darat sebagai tempat akumulasi zat organik
Parker Trask (1932) memperlihatkan bahwa sedimen danau kaya sekali akan zat organik seperti misalnya, danau Porchantrain di Louisiana, Amerika Serikat, yang kadar zat organiknya dapat mencapai 40%. Contoh lain daripada sedimentasi danau yang kaya zat organik adalah danau Maracaibo di Venezuela yang merupakan suatu daerah yang paling kaya akan minyakbumi. Danau Maracaibo dewasa ini hanya menempati seperempat daripada seluruh cekungan. Air dari danau ini sangat menguntungkan bagi kehidupan dan merupakan medium paling produktif dalam menghasilkan zat organik di danau ini. Sedimentasi sangat cepat terjadi karena terbentuknya suatu delta dari sungai. Ditengah danau terdapat suatu daerah anaerob yang sangat dalam dengan sedimen berwarna hitam sampai ketebalan beberapa inci dan sangat berbau Hidrogensulfida. Makin ke tengah danau kadar karbon organik meningkat, sampai lebih dari 5%. Biasanya pola ini mengikuti suatu penyebaran kekurangan Oksigen, tetapi juga kelihatan dipengaruhi oleh kecepatan sedimentasi yang lebih besar. Contoh suatu lingkungan pengendapan danau diperlihatkan oleh cekungan Uinta di Colorado dan Utah yang diwakili oleh formasi Green River yang berumur Eosen ( Bradley, 1946 ). Formasi ini sangat kaya akan zat organik yang berkisar dari jejak-jejak sampai lebih dari 80% volum dan membentuk kerogen, yang dengan destilasi destruktif menghasilkan minyakbumi. Penimbunan dan pengawetan zat organik ini juga sesuai dengan yang terjadi dalam danau pada masa sekarang, yang airnya nyangkrung dan tak mengandung oksigen sehingga airnya pun dijenuhi oleh Hidrogensulfida. Danau seperti itu diperkirakan dahulunya berlapis. Di lapisan atasnya terdapat air yang relatif lebih tawar dengan organisme yang tumbuh secara sangat baik. Sesudah organisme tersebut mati, kemudian mengendap kedalam daerah anaerob yang tidak dihuni oleh pemakan bangkai. Dengan demikian penguraian hanya dilakukan oleh bakteri anaerob secara lambat. Kerogen sendiri mungkin tidak di anggap mempunyai hubungan dengan minyakbumi, namun di cekungan Uinta terdapat lapangan minyak yang sangat kaya, dalam fasies pasir dari formasi Green River, antara lain lapangan Redwash field ( koesoemadinata, 1970 ). Dapatlah disimpulkan bahwa terdapatnya pengumpulan serta pengawetan zat organik secara banyak tidak hanya disebabkan karena kecepatan sedimentasi yang sangat tinggi, tetapi juga karena keadaan anaerob. Bahwasanya danau air tawar dapat menghasilkan batuan induk minyakbumi, diperkuat oleh penelitian Hedberg (1958) yang memperlihatkan bahwa minyakbumi yang mempunyai kadar lilin tinggi terutama didapatkan dalam urutan stratigrafi tertentu, antara lain dalam endapan danau.
Parker Trask (1932) memperlihatkan bahwa sedimen danau kaya sekali akan zat organik seperti misalnya, danau Porchantrain di Louisiana, Amerika Serikat, yang kadar zat organiknya dapat mencapai 40%. Contoh lain daripada sedimentasi danau yang kaya zat organik adalah danau Maracaibo di Venezuela yang merupakan suatu daerah yang paling kaya akan minyakbumi. Danau Maracaibo dewasa ini hanya menempati seperempat daripada seluruh cekungan. Air dari danau ini sangat menguntungkan bagi kehidupan dan merupakan medium paling produktif dalam menghasilkan zat organik di danau ini. Sedimentasi sangat cepat terjadi karena terbentuknya suatu delta dari sungai. Ditengah danau terdapat suatu daerah anaerob yang sangat dalam dengan sedimen berwarna hitam sampai ketebalan beberapa inci dan sangat berbau Hidrogensulfida. Makin ke tengah danau kadar karbon organik meningkat, sampai lebih dari 5%. Biasanya pola ini mengikuti suatu penyebaran kekurangan Oksigen, tetapi juga kelihatan dipengaruhi oleh kecepatan sedimentasi yang lebih besar. Contoh suatu lingkungan pengendapan danau diperlihatkan oleh cekungan Uinta di Colorado dan Utah yang diwakili oleh formasi Green River yang berumur Eosen ( Bradley, 1946 ). Formasi ini sangat kaya akan zat organik yang berkisar dari jejak-jejak sampai lebih dari 80% volum dan membentuk kerogen, yang dengan destilasi destruktif menghasilkan minyakbumi. Penimbunan dan pengawetan zat organik ini juga sesuai dengan yang terjadi dalam danau pada masa sekarang, yang airnya nyangkrung dan tak mengandung oksigen sehingga airnya pun dijenuhi oleh Hidrogensulfida. Danau seperti itu diperkirakan dahulunya berlapis. Di lapisan atasnya terdapat air yang relatif lebih tawar dengan organisme yang tumbuh secara sangat baik. Sesudah organisme tersebut mati, kemudian mengendap kedalam daerah anaerob yang tidak dihuni oleh pemakan bangkai. Dengan demikian penguraian hanya dilakukan oleh bakteri anaerob secara lambat. Kerogen sendiri mungkin tidak di anggap mempunyai hubungan dengan minyakbumi, namun di cekungan Uinta terdapat lapangan minyak yang sangat kaya, dalam fasies pasir dari formasi Green River, antara lain lapangan Redwash field ( koesoemadinata, 1970 ). Dapatlah disimpulkan bahwa terdapatnya pengumpulan serta pengawetan zat organik secara banyak tidak hanya disebabkan karena kecepatan sedimentasi yang sangat tinggi, tetapi juga karena keadaan anaerob. Bahwasanya danau air tawar dapat menghasilkan batuan induk minyakbumi, diperkuat oleh penelitian Hedberg (1958) yang memperlihatkan bahwa minyakbumi yang mempunyai kadar lilin tinggi terutama didapatkan dalam urutan stratigrafi tertentu, antara lain dalam endapan danau.
Senin, 02 Agustus 2010
LINGKUNGAN PENGUMPULAN ZAT ORGANIK
Lingkungan terumbu
salah satu lingkungan sedimentasi yang juga merupakan daerah tempat akumulasi zat organik adalah terumbu. Kadar zat organik dalam suatu terumbu koral dapat berkisar dari 4 sampai 8 persen dari masa total. Terumbu adalah suatu masa gamping yang dibangun oleh organisme yang mengeluarkan kapur dan biasanya bersifat koloni yang berkerangka. Kerangka yang dibentuk biasanya mempunyai potensial untuk bertahan terhadap gelombang. Seringkali terumbu membentuk rangkaian penghalang, yang disebut ' barier ' sebagaimana telah dibahas dalam hal perangkap stratigrafi. Selain itu terumbu juga merupakan batuan reservoir yang sangat penting. Dapatlah dibayangkan bahwa lingkungan pengendapannya merupakan daerah yang dangkal, dimana gelombang dan arus-arus laut memecah, yang menurut Prokopovich (1952) merupakan sumber batuan induk yang bertipe ' bank '. Selain itu terumbunya sendiri merupakan lingkungan yang sangat kaya akan zat makanan, sehingga memberikan keadaan yang sangat menguntungkan bagi kehidupan organik. Diantara para ahli geologi umumnya belum ada persesuaian pendapat mengenai hubungan antara lingkungan terumbu serta asal minyak bumi yang terdapat di dalamnya. Sehubungan dengan perbedaan pendapat di atas, dapatlah dikemukakan penggolongan terbentuknya minyak bumi di dalam lingkungan terumbu sebagai berikut :
1). DI BELAKANG TERUMBU, dalam laguna, seperti dalam cekungan yang tertutup.
2). DI MUKA TERUMBU, dalam lingkungan dasar yang ' euxinic ', juga di dalam terumbunya sendiri.
3). SUMBER ZAT ORGANIK TERDAPAT DI DALAM TERUMBU ITU SENDIRI (in situ). Pendapat ini mendapat banyak tantangan, tetapi tidak dapat diabaikan begitu saja. Misalnya Link (1950), mengatakan bahwa harus dipertimbangkan bahwa bioherm atau terumbu koral sendiri merupakan suatu daerah yang sangat ideal untuk pertumbuhan, kematian, serta akumulasi berbagai jenis organisme. Oleh karena itu tidaklah perlu kita mencari sumber organisme lain di luar terumbu untuk menerangkan adanya minyak bumi di dalamnya. Suatu sanggahan terhadap pendapat ini menyatakan, bahwa adanya kehidupan yang banyak sekali di dalamnya terumbu, belum menjamin tersedianya cukup zat organik di dalamnya untuk dapat terbentuknya minyak bumi. Hal ini disebabkan karena terumbu itu sendiri merupakan daerah dengan sirkulasi udara yang baik, sehingga binatang pemakan bangkai dapat hidup dengan subur. Keadaan ini menghalang-halangi pengawetan daripada zat organik yang telah mati. Juga bakteri aerob akan menghabiskan zat organik yang disisakan oleh binatang pemakan bangkai.
salah satu lingkungan sedimentasi yang juga merupakan daerah tempat akumulasi zat organik adalah terumbu. Kadar zat organik dalam suatu terumbu koral dapat berkisar dari 4 sampai 8 persen dari masa total. Terumbu adalah suatu masa gamping yang dibangun oleh organisme yang mengeluarkan kapur dan biasanya bersifat koloni yang berkerangka. Kerangka yang dibentuk biasanya mempunyai potensial untuk bertahan terhadap gelombang. Seringkali terumbu membentuk rangkaian penghalang, yang disebut ' barier ' sebagaimana telah dibahas dalam hal perangkap stratigrafi. Selain itu terumbu juga merupakan batuan reservoir yang sangat penting. Dapatlah dibayangkan bahwa lingkungan pengendapannya merupakan daerah yang dangkal, dimana gelombang dan arus-arus laut memecah, yang menurut Prokopovich (1952) merupakan sumber batuan induk yang bertipe ' bank '. Selain itu terumbunya sendiri merupakan lingkungan yang sangat kaya akan zat makanan, sehingga memberikan keadaan yang sangat menguntungkan bagi kehidupan organik. Diantara para ahli geologi umumnya belum ada persesuaian pendapat mengenai hubungan antara lingkungan terumbu serta asal minyak bumi yang terdapat di dalamnya. Sehubungan dengan perbedaan pendapat di atas, dapatlah dikemukakan penggolongan terbentuknya minyak bumi di dalam lingkungan terumbu sebagai berikut :
1). DI BELAKANG TERUMBU, dalam laguna, seperti dalam cekungan yang tertutup.
2). DI MUKA TERUMBU, dalam lingkungan dasar yang ' euxinic ', juga di dalam terumbunya sendiri.
3). SUMBER ZAT ORGANIK TERDAPAT DI DALAM TERUMBU ITU SENDIRI (in situ). Pendapat ini mendapat banyak tantangan, tetapi tidak dapat diabaikan begitu saja. Misalnya Link (1950), mengatakan bahwa harus dipertimbangkan bahwa bioherm atau terumbu koral sendiri merupakan suatu daerah yang sangat ideal untuk pertumbuhan, kematian, serta akumulasi berbagai jenis organisme. Oleh karena itu tidaklah perlu kita mencari sumber organisme lain di luar terumbu untuk menerangkan adanya minyak bumi di dalamnya. Suatu sanggahan terhadap pendapat ini menyatakan, bahwa adanya kehidupan yang banyak sekali di dalamnya terumbu, belum menjamin tersedianya cukup zat organik di dalamnya untuk dapat terbentuknya minyak bumi. Hal ini disebabkan karena terumbu itu sendiri merupakan daerah dengan sirkulasi udara yang baik, sehingga binatang pemakan bangkai dapat hidup dengan subur. Keadaan ini menghalang-halangi pengawetan daripada zat organik yang telah mati. Juga bakteri aerob akan menghabiskan zat organik yang disisakan oleh binatang pemakan bangkai.
Minggu, 01 Agustus 2010
TEKTONIK LEMPENG-2
PRINSIP UMUM TEKTONIK LEMPENG
Kunci utama tektonik lempeng adalah adanya lempeng litosfir yang padat dan kaku "terapung" diatas selubung bagian atas yang bersifat plastis. Hal inilah yang menjadi kesulitan utamanya yaitu menerima pemikiran adanya benua yang padat dapat bergerak diatas bumi yang padat, sehingga menjadi perdebatan yang lama. Namun seperti telah diuraikan bahwa bagian atas selubung bersifat mendekati lebur atau dapat dikatakan hampir cair,dan bersifat plastis, maka wajarlah bila lempeng litosfir yang padat dan kaku dapat bergerak.
Kunci utama tektonik lempeng adalah adanya lempeng litosfir yang padat dan kaku "terapung" diatas selubung bagian atas yang bersifat plastis. Hal inilah yang menjadi kesulitan utamanya yaitu menerima pemikiran adanya benua yang padat dapat bergerak diatas bumi yang padat, sehingga menjadi perdebatan yang lama. Namun seperti telah diuraikan bahwa bagian atas selubung bersifat mendekati lebur atau dapat dikatakan hampir cair,dan bersifat plastis, maka wajarlah bila lempeng litosfir yang padat dan kaku dapat bergerak.
MINING ENGINERING INDONESIA: TEKTONIK LEMPENG
MINING ENGINERING INDONESIA: TEKTONIK LEMPENG: "Lebih dari beberapa abad yang lalu, beberapa pengamat peta bumi memperhatikan adanya kesamaan bentuk gari pantai timur Amerika selatan dan a..."
MINING ENGINERING INDONESIA: 2 teori utama asal terjadinya minyak bumi
MINING ENGINERING INDONESIA: 2 teori utama asal terjadinya minyak bumi: "1. Teori anorganik atau abiogenesa,yang menyatakan bahwa minyak bumi berasal dari proses anorganik.teori ini sudah lama tidak dianut lagi,na..."
TEKTONIK LEMPENG
Lebih dari beberapa abad yang lalu, beberapa pengamat peta bumi memperhatikan adanya kesamaan bentuk gari pantai timur Amerika selatan dan afrika barat. Diantaranya adalah Sir Francis Bacon pada tahun 1620. Dan pada tahun 1855 Antonio Snider Pellegrini memperkenalkan sketsa yang memperlihatkan kedua benua ini bersatu. Rekonstruksi ini menimbulkan pemikiran bahwa semula kedua benua ini bersatu, merupakan satu massa yang besar, kemudian pecah dan terpisah.
Pada tahun 1912 Alfred Wegener, seorang ahli meteorologi dan fisika Jerman melontarkan konsep Pengapungan Benua (continental drift), dalam monografi The Origin of Continents and Oceans. Hipotesa utamanya adalah adanya satu "super continent" yang dinamakannya Pangaca (semua daratan), yang dikelilingi oleh Panthalassa (semua lautan). Hipotesa selanjutnya mengatakan 200 juta tahun yang lalu Super Continent ini pecah menjadi benua-benua yang lebih kecil. Dan kemudian bergerak ketempatnya, seperti yang dijumpai saat ini. Beberapa ilmuwan terkemuka dapat menerima konsep ini. Namun masyarakat dan ilmuwan lainnya masih tidak dapat membayangkan bagaimana satu massa benua yang besar dapat "terapung" dan bergerak diatas bumi yang padat, dan mengapa harus terjadi. Memang pada massa itu bukti-bukti yang mendukung belum dijumpai atau dikenal. Wegener mengumpulkan bukti lain untuk mendukung hipotesanya selain kesamaan garis pantai, dijumpainya persamaan fosil, struktur dan batuan.
Disebelah utara dinamakan Laurasia, terdiri dari Amerika utara, greenland, Eropa dan asia. Sedangkan dibelahan selatan, Antartika, Afrika, Madagaskar, India dan Australia. Kedua Super Continen ini dipisahkan oleh samudra paleo Tethys.
Baru pada awal tahun 1960-an mulai terkumpul berbagai macam data yang memperlihatkan bahwa benua-benua itu benar berpindah. Sejak itu berkembanglah teori TEKTONIK LEMPENG (plate tectonics). Tektonik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara deformasi ini dengan keberadaan dan pergerakan lempeng atau plates diatas selubung atas yang plastis.
Pada tahun 1912 Alfred Wegener, seorang ahli meteorologi dan fisika Jerman melontarkan konsep Pengapungan Benua (continental drift), dalam monografi The Origin of Continents and Oceans. Hipotesa utamanya adalah adanya satu "super continent" yang dinamakannya Pangaca (semua daratan), yang dikelilingi oleh Panthalassa (semua lautan). Hipotesa selanjutnya mengatakan 200 juta tahun yang lalu Super Continent ini pecah menjadi benua-benua yang lebih kecil. Dan kemudian bergerak ketempatnya, seperti yang dijumpai saat ini. Beberapa ilmuwan terkemuka dapat menerima konsep ini. Namun masyarakat dan ilmuwan lainnya masih tidak dapat membayangkan bagaimana satu massa benua yang besar dapat "terapung" dan bergerak diatas bumi yang padat, dan mengapa harus terjadi. Memang pada massa itu bukti-bukti yang mendukung belum dijumpai atau dikenal. Wegener mengumpulkan bukti lain untuk mendukung hipotesanya selain kesamaan garis pantai, dijumpainya persamaan fosil, struktur dan batuan.
Disebelah utara dinamakan Laurasia, terdiri dari Amerika utara, greenland, Eropa dan asia. Sedangkan dibelahan selatan, Antartika, Afrika, Madagaskar, India dan Australia. Kedua Super Continen ini dipisahkan oleh samudra paleo Tethys.
Baru pada awal tahun 1960-an mulai terkumpul berbagai macam data yang memperlihatkan bahwa benua-benua itu benar berpindah. Sejak itu berkembanglah teori TEKTONIK LEMPENG (plate tectonics). Tektonik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara deformasi ini dengan keberadaan dan pergerakan lempeng atau plates diatas selubung atas yang plastis.
Sabtu, 31 Juli 2010
LINGKUNGAN PENGAWETAN ZAT ORGANIK PEMBENTUK MINYAK & GASBUMI
CEKUNGAN EUXINIC: Kondisi untuk terjadinya pengawetan zat organik ialah tidak banyak adanya oksigen. Hedberg (1964) menekankan pentingnya cekungan terbatas dengan sirkulasi fluida yang kurang, sehingga oksidasi tidak akan terjadi. Lingkungan seperti itu disebut lingkungan euxinic. Dan lautan yang demikian merupakan suatu cekungan yang mempunyai ambang di bawah alas gelombang pada mulutnya terhadap laut terbuka sehingga tidak terjadi sirkulasi udara sama sekali dan oleh karenanya segala sesuatu menjadi berbau busuk, sedangkan dibagian lain atasnya sirkulasi udara terjadi dan disini organisme hidup. Zdt yang berbau busuk tersebut membentuk sapropel. Seringkali sapropel dibentuk karena reduksi kuat yang membentuk H2S dan sewaktu-waktu muncul pada permukaan untuk membunuh kehidupan yang terdapat di permukaan laut, dengan demikian juga menambah zat organik yang terakumulasi didasar cekungan. Karena terbentuknya H2S ini sering pula terjadi pirit authigenesa dalam serpih hitam. Beberapa contoh cekungan yang terbatas ini adalah antara lain : Laut Hitam (Rusia) ; Fyord di Norwegia ; Laut Merah ; dan teluk Gorontalo. Pengumpulan zat organik yang sedemikian banyaknya dan dalam keadaan reduksi kuat mungkin tidak membentuk minyak bumi, akan tetapi merupakan sumber untuk pembentukan kerogen. Timbulah persoalan apakah kiranya kerogen ini dapat bertindak sebagai sumber minyak bumi? Timbul pula pertanyaan apakah cekungan sebagaimana tersebut di atas, yang memungkinkan pembentukan minyak bumi, sama kondisinya dengan cekungan yang memungkinkan pembentukan evaporit? Ini dapat menerangkan mengapa banyak sekali akumulasi minyakbumi yang besar di dunia berasosiasi dengan endapan evaporit.
LINGKUNGAN PENGENDAPAN ZAT ORGANIK PEMBENTUK MINYAK & GASBUMI-3
LINGKUNGAN SEDIMENTASI CEPAT
Ditinjau dari segi sedimentasi yang sangat cepat, maka sebetulnya daerah pantai dan daerah deltalah yang cocok untuk pengumpulan zat organik. Sedimen yang dibawa dari daratan mula-mula diendapkan di mulut sungai, dalam bentuk delta dan oleh arus sepanjang pantai (longshore-currents) disebarkan disepanjang pantai. Dengan demikian daerah delta dan pantai merupakan tempat sedimentasi yang paling cepat, misalnya dengan sistem aliran turbid. Konsepsi terdahulu mengenai daerah dengan lapisan sedimen yg tebal adalah yang dinamakan umbgrove (1935) sebagai 'ideo-geosyncline', yaitu semacam cekungan sedimen yang karena penurunan daripada dasarnya, sedimentasi relatif agak cepat sehingga diendapkan sedimen yang sangat tebal, dan pada akhir perkembangannya dilipat secara landai. Hal ini mungkin cocok dengan konsepsi 'mio-geosyncline' dari Marshall Kay (1950). Penting sekali bagi pengisian suatu 'mio-geosyncline' terutama adalah delta yang maju secara cepat serta mengisi lautan yang dangkal. Hanya palung dalam saja dimana pengendapan sedimennya terutama terjadi oleh arus turbid merupakan 'geosyncline' yang sebenarnya.
Ditinjau dari segi sedimentasi yang sangat cepat, maka sebetulnya daerah pantai dan daerah deltalah yang cocok untuk pengumpulan zat organik. Sedimen yang dibawa dari daratan mula-mula diendapkan di mulut sungai, dalam bentuk delta dan oleh arus sepanjang pantai (longshore-currents) disebarkan disepanjang pantai. Dengan demikian daerah delta dan pantai merupakan tempat sedimentasi yang paling cepat, misalnya dengan sistem aliran turbid. Konsepsi terdahulu mengenai daerah dengan lapisan sedimen yg tebal adalah yang dinamakan umbgrove (1935) sebagai 'ideo-geosyncline', yaitu semacam cekungan sedimen yang karena penurunan daripada dasarnya, sedimentasi relatif agak cepat sehingga diendapkan sedimen yang sangat tebal, dan pada akhir perkembangannya dilipat secara landai. Hal ini mungkin cocok dengan konsepsi 'mio-geosyncline' dari Marshall Kay (1950). Penting sekali bagi pengisian suatu 'mio-geosyncline' terutama adalah delta yang maju secara cepat serta mengisi lautan yang dangkal. Hanya palung dalam saja dimana pengendapan sedimennya terutama terjadi oleh arus turbid merupakan 'geosyncline' yang sebenarnya.
Jumat, 30 Juli 2010
LINGKUNGAN PENGENDAPAN ZAT ORGANIK PEMBENTUK MINYAK & GASBUMI-2
DAERAH PANTAI & MULUT SUNGAI
Kehidupan yang berlangsung dengan subur dan pengendapan yang cepat, terutama terdapat didaerah pantai dan mulut sungai (Moore, 1969). Perairan pantai biasanya memproduksikan 50 kali lebih banyak zat organik daripada laut terbuka, terutama daerah muara. Ini disebabkan karena sungai membawa zat makanan dari daratan yang akan menarik banyak sekali jasad. Hal ini dapat kita lihat dari praktek perikanan, yaitu bahwa biasanya ikan di laut paling banyak ditemukan didekat pantai. Seringkali didaerah pantai yang demikian terjadi pengembangan organisme yang sangat cepat, yang kemudian juga mati secara cepat dan dengan demikian teronggoklah zat organik tersebut.
DAERAH MUNCULNYA ARUS LAUT DALAM
Daerah lain yang dapat sangat kaya zat organik adalah daerah dimana terdapat pemunculan air dari dasar laut ke permukaan (upwellin currents). Aliran ini membawa air dingin dari kedalman yang besar sekali yang naik kepermukaan dan membawa banyak zat makanan. Daerah seperti itu merupakan tempat kehidupan yang sangat subur, sehingga jasad yang kemudian mati dapat merupakan sumber zat organik. Pengembangan yang cepat dari organisme tersebut disebut dalam bahasa inggris sebagai 'blooming', yang kadang-kadang jelas terlihat karena adanya pewarnaan atau hilangnya warna daripada air laut, biasanya berwarna biru, merah atau hijau. Di pantai barat Amerika Serikat, negara bagian Washington, sering terjadi suatu pengembangan yang cepat dari diatomea, sehingga menyebabkan suatu akumulasi masa yang sangat besar untuk beberapa hari sepanjang pantai tersebut. Di lautan Jepang misalnya, pada bulan agustus dan september terjadi permukaan seperti minyak yang sangat luas yang disebabkan karena pertumbuhan yang sangat cepat dari diatomea pelagik. Di laut Azof antara bulan september dan desember terjadi juga pengembangan yang cepat dari ganggang, sehingga memberi warna coklat tua dan memberikan bau rawa-rawa. Pengaruh lain daripada 'blooming' ialah terbentuknya suatu zat beracun yang mematikan banyak sekali ikan, sehingga bangkainya kemudian tenggelam ke dasar laut dan kadang-kadang juga terkumpul pada pantai.hal ini sering terjadi di laut pantai selatan pulau jawa. Contoh lain adalah di pantai barat Afrika, dimana plankton yang berkembang secara cepat menghasilkan suatu zat racun yang membunuh ikan didaerah tersebut. Hal seperti itu menurut Brongersma-Sanders (1951), sering terjadi didaerah arus dalam yang muncul ke permukaan yang mengakibatkan terjadinya produksi organik yang abnormal tinggi, terutama plankton. Jaringan organik yang mati jatuh pada dasar laut dan membentuk suatu zat yang dinamakan zat sapropel,yaitu suatu zat organik yang setengah membusuk dan terutama terdiri dari sisa-sisa binatang dan tumbuh-tumbuhan laut yang terakumulasi pada dasar laut. Cekungan ini biasanya terdapat dalam keadaan Anaerob.
Kehidupan yang berlangsung dengan subur dan pengendapan yang cepat, terutama terdapat didaerah pantai dan mulut sungai (Moore, 1969). Perairan pantai biasanya memproduksikan 50 kali lebih banyak zat organik daripada laut terbuka, terutama daerah muara. Ini disebabkan karena sungai membawa zat makanan dari daratan yang akan menarik banyak sekali jasad. Hal ini dapat kita lihat dari praktek perikanan, yaitu bahwa biasanya ikan di laut paling banyak ditemukan didekat pantai. Seringkali didaerah pantai yang demikian terjadi pengembangan organisme yang sangat cepat, yang kemudian juga mati secara cepat dan dengan demikian teronggoklah zat organik tersebut.
DAERAH MUNCULNYA ARUS LAUT DALAM
Daerah lain yang dapat sangat kaya zat organik adalah daerah dimana terdapat pemunculan air dari dasar laut ke permukaan (upwellin currents). Aliran ini membawa air dingin dari kedalman yang besar sekali yang naik kepermukaan dan membawa banyak zat makanan. Daerah seperti itu merupakan tempat kehidupan yang sangat subur, sehingga jasad yang kemudian mati dapat merupakan sumber zat organik. Pengembangan yang cepat dari organisme tersebut disebut dalam bahasa inggris sebagai 'blooming', yang kadang-kadang jelas terlihat karena adanya pewarnaan atau hilangnya warna daripada air laut, biasanya berwarna biru, merah atau hijau. Di pantai barat Amerika Serikat, negara bagian Washington, sering terjadi suatu pengembangan yang cepat dari diatomea, sehingga menyebabkan suatu akumulasi masa yang sangat besar untuk beberapa hari sepanjang pantai tersebut. Di lautan Jepang misalnya, pada bulan agustus dan september terjadi permukaan seperti minyak yang sangat luas yang disebabkan karena pertumbuhan yang sangat cepat dari diatomea pelagik. Di laut Azof antara bulan september dan desember terjadi juga pengembangan yang cepat dari ganggang, sehingga memberi warna coklat tua dan memberikan bau rawa-rawa. Pengaruh lain daripada 'blooming' ialah terbentuknya suatu zat beracun yang mematikan banyak sekali ikan, sehingga bangkainya kemudian tenggelam ke dasar laut dan kadang-kadang juga terkumpul pada pantai.hal ini sering terjadi di laut pantai selatan pulau jawa. Contoh lain adalah di pantai barat Afrika, dimana plankton yang berkembang secara cepat menghasilkan suatu zat racun yang membunuh ikan didaerah tersebut. Hal seperti itu menurut Brongersma-Sanders (1951), sering terjadi didaerah arus dalam yang muncul ke permukaan yang mengakibatkan terjadinya produksi organik yang abnormal tinggi, terutama plankton. Jaringan organik yang mati jatuh pada dasar laut dan membentuk suatu zat yang dinamakan zat sapropel,yaitu suatu zat organik yang setengah membusuk dan terutama terdiri dari sisa-sisa binatang dan tumbuh-tumbuhan laut yang terakumulasi pada dasar laut. Cekungan ini biasanya terdapat dalam keadaan Anaerob.
Kamis, 29 Juli 2010
LINGKUNGAN PENGENDAPAN ZAT ORGANIK PEMBENTUK MINYAK & GASBUMI
Untuk terbentuknya minyak dan gasbumi tentu diperlukan suatu lingkungan pengendapan yang dapat memberikan kadar zat organik yang tinggi serta kesempatan untuk mengawetkannya. Keadaan seperti itu,yang memungkinkan teronggoknya zat organik adalah :
1) suatu lingkungan pengendapan dimana kehidupan berkembang secara baik sehingga zat organik terkumpul dengan banyak sekali.
2) pengendapan sedimen yang berlangsung demikian cepatnya, terutama yang halus, sehingga zat organik yang telah terkumpul dapat diawetkan dan tidak hilang oleh pembusukan ataupun oksidasi.
3) lingkungan yang berada dalam keadaan reduksi, dimana tidak terdapat sirkulasi air yang cepat sehingga oksigen tidak ada. Dengan demikian zat organik akan terawetkan.
1) suatu lingkungan pengendapan dimana kehidupan berkembang secara baik sehingga zat organik terkumpul dengan banyak sekali.
2) pengendapan sedimen yang berlangsung demikian cepatnya, terutama yang halus, sehingga zat organik yang telah terkumpul dapat diawetkan dan tidak hilang oleh pembusukan ataupun oksidasi.
3) lingkungan yang berada dalam keadaan reduksi, dimana tidak terdapat sirkulasi air yang cepat sehingga oksigen tidak ada. Dengan demikian zat organik akan terawetkan.
MINING ENGINERING INDONESIA: Pokok-pokok pikiran UU MINERBA RI no.4/2009
MINING ENGINERING INDONESIA: Pokok-pokok pikiran UU MINERBA RI no.4/2009: "1. Mineral dan batubara sebagai sumberdaya yg tak terbarukan dikuasai oleh negara 2. Pemerintah selanjutnya memberikan kesempatan kepada ba..."
MINING ENGINERING INDONESIA: Teori asal organik minyak dan gasbumi
MINING ENGINERING INDONESIA: Teori asal organik minyak dan gasbumi: "Teori asal organik minyak dan gasbumi boleh dikatakan diterima oleh kebanyakan oleh ahli geologi. Namun teori inipun belum memecahkan semua ..."
Rabu, 28 Juli 2010
MINING ENGINERING INDONESIA: CEKUNGAN KALIMANTAN TIMUR-4
MINING ENGINERING INDONESIA: CEKUNGAN KALIMANTAN TIMUR-4: "Lapangan minyak didarat Sanga-sanga, Samboja, dan Klandasan merupakan lapangan minyak yang terdapat dalam antiklinorium Sanga-sanga dan sek..."
Senin, 26 Juli 2010
CEKUNGAN KALIMANTAN TIMUR-4
Lapangan minyak didarat
Sanga-sanga, Samboja, dan Klandasan merupakan lapangan minyak yang terdapat dalam antiklinorium Sanga-sanga dan sekarang hanya mempunyai nilai historis. Semua lapangan ini dikemukakan pada akhir abad ke-19. Beberapa ratus sumur telah di bor disitu dan telah menghasilkan produksi kumulatif sampai tahun 1973, sebesar 300 juta barrel. Lapangan Badak, lapangan ini termasuk dalam kompleks Samboja - Sanga-sanga dan ditemukan tahun 1972 pada suatu struktur antiklin pada kedalaman 6000 - 9500 kaki, dengan produksi 2.561 barrel per hari dan 14.355 MCFGD (gas). Cadangan dari lapangan gas ini diperkirakan 10 biliyun kaki cubik (10 TCF).
Lapangan didaerah lepas pantai
Lapangan Ataka, lapangan ini ditemukan Union Oil pada tahun 1970, terletak 20 km lepas pantai kalimantan timur dengan kedalaman air laut 200 kaki. Minyak di lapangan ini terdapat dalam tubuh-tubuh batu pasir dengan ketebalan yang bervariasi sampai 50 m, pada kedalaman antara 200 - 7800 kaki, dengan porositas sampai 35 persen dan permeabilitas sampai 4 - 5 darcy. Perangkap lapangan ini merupakan suatu antiklin pendek yang simetris dan hampir menyerupai kubah, dengan kemiringan sayap 10 derajat dan sumbu antiklin berjurus 10 derajat ke barat dari utara. Tutupan areal 26 mil persegi dan tutupan vertikal 600 kaki, 70 persen dari tutupan vertikal diisi oleh minyak dan gas. Antiklin yang pendek ini terpotong-potong oleh suatu seri patahan normal yang besar dengan jurus barat laut - tenggara yang bersifat sesar tumbuh, walaupun gerakan utamanya terjadi setelah pengendapan. Struktur ini merupakan elemen positif pada miosen mudg dan pliosen, sehingga lapisan menipis pada puncaknya. Minyak yang didapatkan mempunyai berat jenis 35' - 43' API, dan kadar belerang 0,5 %. Beberapa lapisan pasir hanya mengandung gas tanpa minyak. Lapangan ini diproduksikan dengan 50 sumur dari 6 platform. Produksi total 100.000 barel/hari. Lapangan handil. Lapangan minyak ini ditemukan pada tahun 1973 di delta mahakam. Walaupun letaknya di salah satu pulau delta tersebut, tetapi lapangan ini sering disebut sebagai lapangan lepas pantai. Lapangan ini terdapat dalam struktur antiklin, tetapi yang bertindak sebagai perangkap adalah keadaan stratigrafinya. Lapisan reservoir terdiri dari lapisan batupasir berumur miosen tengah yang berbentuk suatu lensa yang diendapkan oleh saluran sungai (point bar sand) dalam suatu dataran delta. Ketebalan total batu pasir yang mengandung hidrokarbon adalah maximal 250 m (197 m gas dan 55 m minyak) dan minimal adalah nol. Minyak yang dihasilkan berberat jenis 0,846 - 0,872 (31' - 36' API), dengan kadar belerang 0,06 % dan bersifat aromat/naften dalam fraksi ringan dan parafin dalam fraksi berat. Kapasitas produksi lapangan ini adalah 120 - 150.000 barrel/hari (magnier dan samsu, 1975).
Beberapa lapangan lain adalah : Bekapai, Panjilatan, dan Kerindungan. Semua lapangan ini menghasilkan dari sistem delta yang sama.
CEKUNGAN TARAKAN
Cekungan ini juga memperlihatkan kedudukan yang sama dengan cekungan Kutai. Di bagian barat, cekungan ini dibatasi oleh jalur kucing, sedangkan ke sebelah timur membuka ke Laut Sulawesi. Stratigrafi daerah ini didominasi oleh fasa regresi yang mungkin juga bersifat delta, dengan fasies neritik litoral sampai limnik terestrial/lagunal. Di antaranya juga terdapat interkalasi gamping. Formasi tersebut dari bawah ke atas adalah Formasi Kapilit, Formasi Simenggaris, Formasi Tarakan dan Formasi Bunyu. Minyak terdapat dalam lapisan pasir dari Formasi Simenggaris dan Formasi Tarakan. Perangkap terdapat pada antiklin yang membujur utara-selatan, dimana kulminasinya bersama patahan normal membentuk tutupan. Minyak yang dihasilkan bersifat parafin ringan dan aspal (Weeda, 1985).
LAPANGAN MINYAK Tarakan. Lapangan ini ditemukan pada tahun 1890 pada suatu pulau, dan merupakan lapangan minyak yang penting. Lapisan reservoir utama terdapat pada kedalaman antara 500 - 700 m, dan juga sampai kedalaman 1030 m. Minyak yang dihasilkan bersifat aspal. Produksi kumulatif sampai tahun 1966 hampir mencapai 200 juta barrel.
Lapangan Minyak Bunyu, lapangan ini juga merupakan suatu pulau, dan ditemukan pada tahun 1936. Lapangan ini memproduksi dari kedalaman antara 700 - 2700 m, dan minyak yang didapatkan bersifat aspal (API Gravity = 24,5) dan parafin (API Gravity = 32,6'). Minyak bersifat aspal terdapat di atas 800 m dan dibawahnya bersifat parafin.
Dibawah 950 m API (0,88) Pada kedalaman 1900 m. Disini residue lilin juga meningkat dari 20 ke 45 %. Yang sangat mengesankan yaitu dengan meningkatnya kadar residu dengan kedalaman, kadar klorida dan air formasi menurun dari 10 gr/1 menjadi 1,8 gr/1, dan kadar karbonat meningkat. Di Tarakan air formasi lebih bersifat tawar (kadar klorida dibawah 1 gr/1) (Weeda, 1958). Bunyu memproduksi secara kumulatif sampai tahun 1966 sebanyak 37 juta barrel.
Sanga-sanga, Samboja, dan Klandasan merupakan lapangan minyak yang terdapat dalam antiklinorium Sanga-sanga dan sekarang hanya mempunyai nilai historis. Semua lapangan ini dikemukakan pada akhir abad ke-19. Beberapa ratus sumur telah di bor disitu dan telah menghasilkan produksi kumulatif sampai tahun 1973, sebesar 300 juta barrel. Lapangan Badak, lapangan ini termasuk dalam kompleks Samboja - Sanga-sanga dan ditemukan tahun 1972 pada suatu struktur antiklin pada kedalaman 6000 - 9500 kaki, dengan produksi 2.561 barrel per hari dan 14.355 MCFGD (gas). Cadangan dari lapangan gas ini diperkirakan 10 biliyun kaki cubik (10 TCF).
Lapangan didaerah lepas pantai
Lapangan Ataka, lapangan ini ditemukan Union Oil pada tahun 1970, terletak 20 km lepas pantai kalimantan timur dengan kedalaman air laut 200 kaki. Minyak di lapangan ini terdapat dalam tubuh-tubuh batu pasir dengan ketebalan yang bervariasi sampai 50 m, pada kedalaman antara 200 - 7800 kaki, dengan porositas sampai 35 persen dan permeabilitas sampai 4 - 5 darcy. Perangkap lapangan ini merupakan suatu antiklin pendek yang simetris dan hampir menyerupai kubah, dengan kemiringan sayap 10 derajat dan sumbu antiklin berjurus 10 derajat ke barat dari utara. Tutupan areal 26 mil persegi dan tutupan vertikal 600 kaki, 70 persen dari tutupan vertikal diisi oleh minyak dan gas. Antiklin yang pendek ini terpotong-potong oleh suatu seri patahan normal yang besar dengan jurus barat laut - tenggara yang bersifat sesar tumbuh, walaupun gerakan utamanya terjadi setelah pengendapan. Struktur ini merupakan elemen positif pada miosen mudg dan pliosen, sehingga lapisan menipis pada puncaknya. Minyak yang didapatkan mempunyai berat jenis 35' - 43' API, dan kadar belerang 0,5 %. Beberapa lapisan pasir hanya mengandung gas tanpa minyak. Lapangan ini diproduksikan dengan 50 sumur dari 6 platform. Produksi total 100.000 barel/hari. Lapangan handil. Lapangan minyak ini ditemukan pada tahun 1973 di delta mahakam. Walaupun letaknya di salah satu pulau delta tersebut, tetapi lapangan ini sering disebut sebagai lapangan lepas pantai. Lapangan ini terdapat dalam struktur antiklin, tetapi yang bertindak sebagai perangkap adalah keadaan stratigrafinya. Lapisan reservoir terdiri dari lapisan batupasir berumur miosen tengah yang berbentuk suatu lensa yang diendapkan oleh saluran sungai (point bar sand) dalam suatu dataran delta. Ketebalan total batu pasir yang mengandung hidrokarbon adalah maximal 250 m (197 m gas dan 55 m minyak) dan minimal adalah nol. Minyak yang dihasilkan berberat jenis 0,846 - 0,872 (31' - 36' API), dengan kadar belerang 0,06 % dan bersifat aromat/naften dalam fraksi ringan dan parafin dalam fraksi berat. Kapasitas produksi lapangan ini adalah 120 - 150.000 barrel/hari (magnier dan samsu, 1975).
Beberapa lapangan lain adalah : Bekapai, Panjilatan, dan Kerindungan. Semua lapangan ini menghasilkan dari sistem delta yang sama.
CEKUNGAN TARAKAN
Cekungan ini juga memperlihatkan kedudukan yang sama dengan cekungan Kutai. Di bagian barat, cekungan ini dibatasi oleh jalur kucing, sedangkan ke sebelah timur membuka ke Laut Sulawesi. Stratigrafi daerah ini didominasi oleh fasa regresi yang mungkin juga bersifat delta, dengan fasies neritik litoral sampai limnik terestrial/lagunal. Di antaranya juga terdapat interkalasi gamping. Formasi tersebut dari bawah ke atas adalah Formasi Kapilit, Formasi Simenggaris, Formasi Tarakan dan Formasi Bunyu. Minyak terdapat dalam lapisan pasir dari Formasi Simenggaris dan Formasi Tarakan. Perangkap terdapat pada antiklin yang membujur utara-selatan, dimana kulminasinya bersama patahan normal membentuk tutupan. Minyak yang dihasilkan bersifat parafin ringan dan aspal (Weeda, 1985).
LAPANGAN MINYAK Tarakan. Lapangan ini ditemukan pada tahun 1890 pada suatu pulau, dan merupakan lapangan minyak yang penting. Lapisan reservoir utama terdapat pada kedalaman antara 500 - 700 m, dan juga sampai kedalaman 1030 m. Minyak yang dihasilkan bersifat aspal. Produksi kumulatif sampai tahun 1966 hampir mencapai 200 juta barrel.
Lapangan Minyak Bunyu, lapangan ini juga merupakan suatu pulau, dan ditemukan pada tahun 1936. Lapangan ini memproduksi dari kedalaman antara 700 - 2700 m, dan minyak yang didapatkan bersifat aspal (API Gravity = 24,5) dan parafin (API Gravity = 32,6'). Minyak bersifat aspal terdapat di atas 800 m dan dibawahnya bersifat parafin.
Dibawah 950 m API (0,88) Pada kedalaman 1900 m. Disini residue lilin juga meningkat dari 20 ke 45 %. Yang sangat mengesankan yaitu dengan meningkatnya kadar residu dengan kedalaman, kadar klorida dan air formasi menurun dari 10 gr/1 menjadi 1,8 gr/1, dan kadar karbonat meningkat. Di Tarakan air formasi lebih bersifat tawar (kadar klorida dibawah 1 gr/1) (Weeda, 1958). Bunyu memproduksi secara kumulatif sampai tahun 1966 sebanyak 37 juta barrel.
MORFOLOGI DAN STRATIGRAFI di area pertambangan andesit PT.Pancaputra Margasejahtera didesa Linggarsari, Kecamatan Plered Purwakarta, jawa barat
MORFOLOGI
Morfologi daerah penelitian di dominasi oleh morfologi kerucut intrusi, dimana daerah ini dijumpai oleh 3 buah puncak yaitu Gunung Sindang Lengis dengan ketinggian 498 n dpl, Gunung Emeral dengan ketinggian 507,2 m dpl dan Gunung Bedil dengan ketinggian 300 m dpl. Tumbuhan yang menutupi morfologi ini adalah terutama tumbuhan perdu. Sungai yang dijumpai didaerah penelitian adalah sungai-sungai kecil yang dikategorikan sebagai sungai muda, dimana sungai-sungai tersebut masih dangkal dan berbentuk V tertutup, dan sungai-sungainya bersifat temporary dimana hanya berair pada waktu hujan. Secara keseluruhan sungai-sungai yang ada mempunyai pola radier.
STRATIGRAFI
Lokasi penelitian yang terletak pada daerah perbukitan intrusi diketahui disusun oleh dua satuan batuan yang dipisahkan secara tidak selaras yaitu satuan Aluvium dan satuan andesite.
Satuan Aluvium
satuan aluvium ini penyebarannya cukup luas dan menutupi hampir sebagian besar batuan dasarnya. Aluvium di lokasi penelitian ini terdiri dari tanah pelapukan batuan dasar, talus dan endapan hasil transportasi sungai-sungai yang ada. Tanah pelapukan banyak di jumpai didaerah selatan intrusi yang banyak dimanfaatkan penduduk sebagai ladang. Pada umumnya tanah pelapukan ini tidak begitu tebal. Talus terutama banyak dijumpai dibawah lereng-lereng yang curam yang terdiri dari tanah yang bercampur dengan fragment batuan dasarnya (andesit) dan pasir, pada umumnya talus ini membentuk kerucut. Endapan sedimen sungai sangat sedikit dijumpai terutama didasar-dasar sungai kering dan sebagian dipinggirannya. Endapan ini terdiri dari pasir lepas dan kerikil dengan sedikit bongkah.
Satuan Andesit
satuan batuan andesit ini adalah merupakan batuan dasar dari daerah penelitian, terutama tersingkap didaerah yang telah ditambang. Andesit berwarna abu sampai abu terang dengan tekstur propiritik dengan fenokris hormblenda, plagioklas, mineral gelap lainnya dan sedikit kwarsa, sedangkan masa dasar terdiri dari material-material halus yang diduga mineralnya adalah sama dengan fenokrisnya, didalam andesit ini dijumpai batuan asing (xenolith) andesit dari batuan yang lebih tua.
Morfologi daerah penelitian di dominasi oleh morfologi kerucut intrusi, dimana daerah ini dijumpai oleh 3 buah puncak yaitu Gunung Sindang Lengis dengan ketinggian 498 n dpl, Gunung Emeral dengan ketinggian 507,2 m dpl dan Gunung Bedil dengan ketinggian 300 m dpl. Tumbuhan yang menutupi morfologi ini adalah terutama tumbuhan perdu. Sungai yang dijumpai didaerah penelitian adalah sungai-sungai kecil yang dikategorikan sebagai sungai muda, dimana sungai-sungai tersebut masih dangkal dan berbentuk V tertutup, dan sungai-sungainya bersifat temporary dimana hanya berair pada waktu hujan. Secara keseluruhan sungai-sungai yang ada mempunyai pola radier.
STRATIGRAFI
Lokasi penelitian yang terletak pada daerah perbukitan intrusi diketahui disusun oleh dua satuan batuan yang dipisahkan secara tidak selaras yaitu satuan Aluvium dan satuan andesite.
Satuan Aluvium
satuan aluvium ini penyebarannya cukup luas dan menutupi hampir sebagian besar batuan dasarnya. Aluvium di lokasi penelitian ini terdiri dari tanah pelapukan batuan dasar, talus dan endapan hasil transportasi sungai-sungai yang ada. Tanah pelapukan banyak di jumpai didaerah selatan intrusi yang banyak dimanfaatkan penduduk sebagai ladang. Pada umumnya tanah pelapukan ini tidak begitu tebal. Talus terutama banyak dijumpai dibawah lereng-lereng yang curam yang terdiri dari tanah yang bercampur dengan fragment batuan dasarnya (andesit) dan pasir, pada umumnya talus ini membentuk kerucut. Endapan sedimen sungai sangat sedikit dijumpai terutama didasar-dasar sungai kering dan sebagian dipinggirannya. Endapan ini terdiri dari pasir lepas dan kerikil dengan sedikit bongkah.
Satuan Andesit
satuan batuan andesit ini adalah merupakan batuan dasar dari daerah penelitian, terutama tersingkap didaerah yang telah ditambang. Andesit berwarna abu sampai abu terang dengan tekstur propiritik dengan fenokris hormblenda, plagioklas, mineral gelap lainnya dan sedikit kwarsa, sedangkan masa dasar terdiri dari material-material halus yang diduga mineralnya adalah sama dengan fenokrisnya, didalam andesit ini dijumpai batuan asing (xenolith) andesit dari batuan yang lebih tua.
CEKUNGAN KALIMANTAN TIMUR-3
CEKUNGAN KUTAI
Cekungan ini diketahui lebih banyak setelah ditemukannya lapangan minyak Ataka (Schwartz, Laughbaum, dkk. 1973) pada tahun 1970 dan Bekapai (Gerard dan Oesterle, 1973), serta lapangan minyak Badak (Helmiq dkk, 1974) dan cekungan ini memperlihatkan nilai gravitasi Bouguer yang positif diatas lapisan sedimen Tersier yang tebal, yang menunjukan bahwa mungkin sekali cekungan ini membawahi kerakbumi samudra.
Stratigrafi
stratigrafi daerah ini juga terdiri dari siklus transgresi yang segera diikuti oleh regresi yang mengisi cekungan ini pada seluruh Tersier dan Kwarter. Data stratigrafi menunjukan bahwa cekungan diisi dari barat ke timur secara progradasi dengan sumbu ketebalan sedimen maximum, diendapkan pada setiap jenjang Tersier yang bergeser secara progresif ke arah timur menumpang diatas sedimen laut dalam yang tipis dari selat makassar. Gerard dan Oesterle (1973) maupun maupun Schwartz dan lain-lain (1973) menginterpretasikan endapan dalam fasa regresif ini sebagai delta. Disini fasies prodelta, delta front, delta plain terdapat dalam urutan vertikal secara berganti-ganti dan merupakan nenek moyang delta Mahakam yang sekarang. Delta tersebut berprogradasi ke arah laut, akan tetapi beberapa kali ditransgresi sehingga memberikan daur (siklus) kecil. Salah satu progradasi yang jauh ke timur terjadi di Miosen Muda, dimana kompleks delta mencapai pinggiran paparan. Setiap fase regresi daur (cyclus) kecil ini mengendapkan lapisan pasir reservoir. Dimuka delta ini terbentuk terumbu pinggiran paparan (shelf-edge-reefs) sebelum lereng kontinen outer shelf. Didalam daur regresi besar ini dapat dibedakan antara Formasi Pulubalang, Formasi Balikpapan dan Formasi Kampung Baru, yang berumur dari Miosen sampai Pliosen.
Terdapatnya minyak dan gas bumi
Minyak didapatkan dalam Formasi Balikpapan ataupun Formasi Kampung Baru. Lapisan batupasir reservoir khas bersifat lensa-lensa, juga khas untuk endapan delta adalah perubahan Salinitas 5000 ppm sampai 38.000 ppm dengan nilai rata-rata 20.000 ppm. Jadi, kebanyakan air payau. Perangkap terdapat dalam lipatan yang mempunyai jurus utara-selatan, dan membentuk beberapa antiklinorium ketat, mungkin juga di apiris, sebab pada sumbu ini didapatkan gunung api lumpur. Selain itu patahan normal juga berperan sebagai perangkap, terutama di lepas pantai. Minyak yang didapatkan, bersifat ringan dengan 20 - 25 persen residu di lapisan dalam dan yang bersifat aspal pada lapisan dangkal.
Cekungan ini diketahui lebih banyak setelah ditemukannya lapangan minyak Ataka (Schwartz, Laughbaum, dkk. 1973) pada tahun 1970 dan Bekapai (Gerard dan Oesterle, 1973), serta lapangan minyak Badak (Helmiq dkk, 1974) dan cekungan ini memperlihatkan nilai gravitasi Bouguer yang positif diatas lapisan sedimen Tersier yang tebal, yang menunjukan bahwa mungkin sekali cekungan ini membawahi kerakbumi samudra.
Stratigrafi
stratigrafi daerah ini juga terdiri dari siklus transgresi yang segera diikuti oleh regresi yang mengisi cekungan ini pada seluruh Tersier dan Kwarter. Data stratigrafi menunjukan bahwa cekungan diisi dari barat ke timur secara progradasi dengan sumbu ketebalan sedimen maximum, diendapkan pada setiap jenjang Tersier yang bergeser secara progresif ke arah timur menumpang diatas sedimen laut dalam yang tipis dari selat makassar. Gerard dan Oesterle (1973) maupun maupun Schwartz dan lain-lain (1973) menginterpretasikan endapan dalam fasa regresif ini sebagai delta. Disini fasies prodelta, delta front, delta plain terdapat dalam urutan vertikal secara berganti-ganti dan merupakan nenek moyang delta Mahakam yang sekarang. Delta tersebut berprogradasi ke arah laut, akan tetapi beberapa kali ditransgresi sehingga memberikan daur (siklus) kecil. Salah satu progradasi yang jauh ke timur terjadi di Miosen Muda, dimana kompleks delta mencapai pinggiran paparan. Setiap fase regresi daur (cyclus) kecil ini mengendapkan lapisan pasir reservoir. Dimuka delta ini terbentuk terumbu pinggiran paparan (shelf-edge-reefs) sebelum lereng kontinen outer shelf. Didalam daur regresi besar ini dapat dibedakan antara Formasi Pulubalang, Formasi Balikpapan dan Formasi Kampung Baru, yang berumur dari Miosen sampai Pliosen.
Terdapatnya minyak dan gas bumi
Minyak didapatkan dalam Formasi Balikpapan ataupun Formasi Kampung Baru. Lapisan batupasir reservoir khas bersifat lensa-lensa, juga khas untuk endapan delta adalah perubahan Salinitas 5000 ppm sampai 38.000 ppm dengan nilai rata-rata 20.000 ppm. Jadi, kebanyakan air payau. Perangkap terdapat dalam lipatan yang mempunyai jurus utara-selatan, dan membentuk beberapa antiklinorium ketat, mungkin juga di apiris, sebab pada sumbu ini didapatkan gunung api lumpur. Selain itu patahan normal juga berperan sebagai perangkap, terutama di lepas pantai. Minyak yang didapatkan, bersifat ringan dengan 20 - 25 persen residu di lapisan dalam dan yang bersifat aspal pada lapisan dangkal.
CEKUNGAN KALIMANTAN TIMUR-2
CEKUNGAN BARITO
Cekungan ini lebih menyerupai cekungan epikontinen laut Jawa Timur, juga nilai gravitasi Bouger yang negatif menunjukan kerak kontinental di bawah cekungan ini. Sedimen Tersier dalam cekungan ini relatif tipis. Cekungan ini khas asimetris, dari sebelah barat dekat paparan Sunda terdapat paparan Barito dengan kemiringan relatif datar, ke timur menjadi cekungan yang dalam yang dibatasi oleh sesar naik ke arah barat dari Punggungan Meratus yang merupakan bongkah naik (uplifted block). Stratigrafi dimulai dengan sedimentasi non-marin (fluviatil) dari formasi Tanjung, yang diperkirakan berumur Eosen, yang di ikuti dengan Transgresi Marin (formasi Tanjung bagian atas) dan berkulminasi dengan endapan gamping Miosen Bawah Formasi Berau yang pada pinggiran ke Cekungan Kutai menghilang. Di atasnya diikuti dengan fasa regresif dengan pengendapan Formasi Warukin dan Formasi Dahor dengan banyak sisipan batubara yang berumur Miosen sampai Pliosen. Dalam cekungan Barito terdapat sistem pelipatan Utara-Selatan yang terutama dimanifestasikan oleh Pegunungan Meratus. Sesar-sungkup dapat diterangkan dengan draping sedimen Tersier pada suatu blok pra-tersier yang diangkat. Makin ke barat lapisan sedimen makin landai, malahan selebar 150 - 180 km sedikit memperlihatkan pelipatan. Hal ini merupakan salah satu bukti pula bahwa sesar-sungkup disebabkan pengangkatan pegunungan Meratus. Lebih ke sebelah timur pada Paparan Paternoster kelihatan jelas patahan jenjang ke arah Selat Makassar, juga pelipatan di sayap timur pada lapisan Tersier berkurang ke arah timur,umur pelipatan adalah Pliosen sampai Plistosen.
Lapangan minyak
Dicekungan Barito sampai kini hanya ada satu lapangan minyak yang penting, yaitu :
LAPANGAN TANJUNG, Lapangan ini berproduksi dari lapisan pasir transgresi Eosen (Formasi Tanjung) dan dalam batuan beku (diabas) yang merupakan batuan dasar, yang ikut tersesar-sungkupkan dan menghasilkan porositas retakan. Perangkap adalah antiklin yang sangat asimetri dengan sayap barat yang terjal yang diikuti sesar-naik. Minyak yang dihasilkan bersifat parafin berat dengan kadar 18 - 20 persen parafin dan 60 persen residu. LAPANGAN LAIN kecil dan tak berarti, misalnya Lapangan Warukin dan Lapangan Tutupan Timur.
Cekungan ini lebih menyerupai cekungan epikontinen laut Jawa Timur, juga nilai gravitasi Bouger yang negatif menunjukan kerak kontinental di bawah cekungan ini. Sedimen Tersier dalam cekungan ini relatif tipis. Cekungan ini khas asimetris, dari sebelah barat dekat paparan Sunda terdapat paparan Barito dengan kemiringan relatif datar, ke timur menjadi cekungan yang dalam yang dibatasi oleh sesar naik ke arah barat dari Punggungan Meratus yang merupakan bongkah naik (uplifted block). Stratigrafi dimulai dengan sedimentasi non-marin (fluviatil) dari formasi Tanjung, yang diperkirakan berumur Eosen, yang di ikuti dengan Transgresi Marin (formasi Tanjung bagian atas) dan berkulminasi dengan endapan gamping Miosen Bawah Formasi Berau yang pada pinggiran ke Cekungan Kutai menghilang. Di atasnya diikuti dengan fasa regresif dengan pengendapan Formasi Warukin dan Formasi Dahor dengan banyak sisipan batubara yang berumur Miosen sampai Pliosen. Dalam cekungan Barito terdapat sistem pelipatan Utara-Selatan yang terutama dimanifestasikan oleh Pegunungan Meratus. Sesar-sungkup dapat diterangkan dengan draping sedimen Tersier pada suatu blok pra-tersier yang diangkat. Makin ke barat lapisan sedimen makin landai, malahan selebar 150 - 180 km sedikit memperlihatkan pelipatan. Hal ini merupakan salah satu bukti pula bahwa sesar-sungkup disebabkan pengangkatan pegunungan Meratus. Lebih ke sebelah timur pada Paparan Paternoster kelihatan jelas patahan jenjang ke arah Selat Makassar, juga pelipatan di sayap timur pada lapisan Tersier berkurang ke arah timur,umur pelipatan adalah Pliosen sampai Plistosen.
Lapangan minyak
Dicekungan Barito sampai kini hanya ada satu lapangan minyak yang penting, yaitu :
LAPANGAN TANJUNG, Lapangan ini berproduksi dari lapisan pasir transgresi Eosen (Formasi Tanjung) dan dalam batuan beku (diabas) yang merupakan batuan dasar, yang ikut tersesar-sungkupkan dan menghasilkan porositas retakan. Perangkap adalah antiklin yang sangat asimetri dengan sayap barat yang terjal yang diikuti sesar-naik. Minyak yang dihasilkan bersifat parafin berat dengan kadar 18 - 20 persen parafin dan 60 persen residu. LAPANGAN LAIN kecil dan tak berarti, misalnya Lapangan Warukin dan Lapangan Tutupan Timur.
Cekungan kalimantan timur
KERANGKA TEKTONIK
Daerah cekungan tersier Kalimantan Timur di batasi disebelah barat oleh paparan Stabil Sunda dari Kalimantan Barat yg merupakan suatu kompleks batuan dasar pra-tersier,batuan beku dan metamorf yang telah stabil, dibagian barat laut oleh daerah tinggi kucing (Kucing high) yang juga terdiri dari batuan pra-Tersier yang terlipat ketat. Disebelah timur, cekungan ini membuka ke Selat Makassar dengan kedalaman lebih dari 2700 meter. Anomali gravitasi isostatik positif yang kuat menunjukan dasar laut yang bersifat kerak samudra dengan lapisan sedimen yang tipis, masih dalam keadaan di atas tingkat penyesuaian isostatik (Schwartz, 1973). Hal ini mungkin disebabkan hasil daya tarikan yang menyebabkan Sulawesi menjauhi Kalimantan (tensional rifting). Dibagian selatan, daerah cekungan ini bersambungan dengan cekungan epikontinen laut Jawa Timur. Unsur tektonik berikut membagi daerah Kalimantan beserta lepas pantainya menjadi beberapa cekungan. Unsur-unsur tersebut adalah :
a. Daerah tinggi meratus
b. Paparan Paternoster
c. Punggung Mangkalihat.
ketiga unsur ini membagi cekungan sebagai berikut :
a. Cekungan Barito sebelah barat Punggung Meratus
b. Cekungan Pasir antara Punggung Meratus dan Paparan Paternoster
c. Cekungan Kutai disebelah utara Punggungan Meratus
d. Cekungan Tarakan dipisahkan di sebelah selatan oleh punggung Mangkalihat.
Sedimen Tersier di Cekumgan Kutai menerus ke selatan dengan Cekungan Barito dan Paparan Paternoster, demikian pula ke cekungan Tarakan. Stratigrafi cekungan ini pada umumnya menunjukan daur transgresi (Eosen) yang diikuti dengan regresi, namun terdapat variasi khusus untuk tiap cekungan.
Daerah cekungan tersier Kalimantan Timur di batasi disebelah barat oleh paparan Stabil Sunda dari Kalimantan Barat yg merupakan suatu kompleks batuan dasar pra-tersier,batuan beku dan metamorf yang telah stabil, dibagian barat laut oleh daerah tinggi kucing (Kucing high) yang juga terdiri dari batuan pra-Tersier yang terlipat ketat. Disebelah timur, cekungan ini membuka ke Selat Makassar dengan kedalaman lebih dari 2700 meter. Anomali gravitasi isostatik positif yang kuat menunjukan dasar laut yang bersifat kerak samudra dengan lapisan sedimen yang tipis, masih dalam keadaan di atas tingkat penyesuaian isostatik (Schwartz, 1973). Hal ini mungkin disebabkan hasil daya tarikan yang menyebabkan Sulawesi menjauhi Kalimantan (tensional rifting). Dibagian selatan, daerah cekungan ini bersambungan dengan cekungan epikontinen laut Jawa Timur. Unsur tektonik berikut membagi daerah Kalimantan beserta lepas pantainya menjadi beberapa cekungan. Unsur-unsur tersebut adalah :
a. Daerah tinggi meratus
b. Paparan Paternoster
c. Punggung Mangkalihat.
ketiga unsur ini membagi cekungan sebagai berikut :
a. Cekungan Barito sebelah barat Punggung Meratus
b. Cekungan Pasir antara Punggung Meratus dan Paparan Paternoster
c. Cekungan Kutai disebelah utara Punggungan Meratus
d. Cekungan Tarakan dipisahkan di sebelah selatan oleh punggung Mangkalihat.
Sedimen Tersier di Cekumgan Kutai menerus ke selatan dengan Cekungan Barito dan Paparan Paternoster, demikian pula ke cekungan Tarakan. Stratigrafi cekungan ini pada umumnya menunjukan daur transgresi (Eosen) yang diikuti dengan regresi, namun terdapat variasi khusus untuk tiap cekungan.
Minggu, 25 Juli 2010
Teori asal organik minyak dan gasbumi
Teori asal organik minyak dan gasbumi boleh dikatakan diterima oleh kebanyakan oleh ahli geologi. Namun teori inipun belum memecahkan semua persoalan yg timbul, persoalan tersebut antara lain adalah mengenai sumber bahan organik : apakah berasal dari hewan atau berasal dari tumbuh-tumbuhan? Apakah berasal dari zat organik lautan atau juga yang bukan lautan? Juga belum jelas apakah zat organik ini terurai menjadi minyakbumi ataukah minyakbumi terbentuk dari sintesa hidrokarbon yang berada dari zat organik saja? Juga cara transformasi minyakbumi belum diketahui secara pasti. Masalah lain diantaranya adalah mengenai migrasi. Apakah minyakbumi dapat bermigrasi jarak jauh atau hanya jarak dekat saja, dan apakah minyakbumi terbentuk dalam batuan induk, dan kemudian bermigrasi kedalam batuan reservoir yang fasiesnya berlain-lain? Selain itu juga sebagaimana halnya dengan banyak teori geologi lainnya, maka teori organik harus didasarkan atas :
1. Percobaan dalam laboratorium yang mensintesakan minyakbumi dari zat organik.
2. Pemikiran geologi atas data yang terdapat diseluruh dunia mengenai beberapa faktor penyebab terdapatnya akumulasi minyakbumi.
Salah satu hal mengenai tidak dapat dipecahkannya persoalan diatas adalah tidak adanya stadium peralihan antara zat organik dengan minyakbumi. Lain halnya dengan batubara, dimana dari mulai kayu ke batubara terdapat zat-zat perantaranya.
1. Percobaan dalam laboratorium yang mensintesakan minyakbumi dari zat organik.
2. Pemikiran geologi atas data yang terdapat diseluruh dunia mengenai beberapa faktor penyebab terdapatnya akumulasi minyakbumi.
Salah satu hal mengenai tidak dapat dipecahkannya persoalan diatas adalah tidak adanya stadium peralihan antara zat organik dengan minyakbumi. Lain halnya dengan batubara, dimana dari mulai kayu ke batubara terdapat zat-zat perantaranya.
teori asal anorganik minyakbumi
- teori alkali panas dengan CO2
berthelot adalah seorang ahli kimia perancis yang pada tahun 1866 mengajukan hipotesa yang menarik perhatian.ia memulai dengan suatu perkiraan atau anggapan bahwa didalam bumi terdapat logam alkali dalam keadaan bebas dan tentunya pada temperatur yg tinggi.
- teori karbida panas dengan air
mendeleyeff seorang kimiawan uni soviet di abad ke-19,beranggapan bahwa didalam kerak bumi terdapat karbida besi.air yang masuk kedalam kerakbumi membentuk hidrokarbon yang menjadikan minyakbumi.
- teori emanasi volkanik
asal volkanik minyakbumi,mula-mula sekali diketemukan oleh von humboldt pada tahun 1805,kemudian dikembangkan oleh sarjana lainnya seperti Virlet d' Aoust (1934), Silvestri (1877-1882),dan terutama dikemukakan oleh Coste (1903). Teori ini mula-mula didasarkan atas pengamatan yang mengirakan bahwa gunungapi lumpur merupakan gunungapi dalam arti yang sebenarnya.
- hipotesa kimia
teori anorganik hidup kembali pada tahun 60an,terutama di Uni Soviet. Pada tahun 1974 teori ini dikemukakan lagi secara lebih praktis oleh Porfir'ev. Dinyatakan bahwa dibawah kerak bumi terdapat suatu kombinasi antara air,grafit dan sulfida besi yang bertindak sebagai suatu baterai yang besar, dengan grafit bertindak sebagai penyalur aliran listrik.
- hipotesa asal kosmik
sebetulnya tidak ada garis batas yang jelas yang membedakan hipotesa asal kosmik dengan hipotesa yang lainnya yg menyangkal bahwa zat organik memegang peranan dalam terbentuknya hidrokarbon.
berthelot adalah seorang ahli kimia perancis yang pada tahun 1866 mengajukan hipotesa yang menarik perhatian.ia memulai dengan suatu perkiraan atau anggapan bahwa didalam bumi terdapat logam alkali dalam keadaan bebas dan tentunya pada temperatur yg tinggi.
- teori karbida panas dengan air
mendeleyeff seorang kimiawan uni soviet di abad ke-19,beranggapan bahwa didalam kerak bumi terdapat karbida besi.air yang masuk kedalam kerakbumi membentuk hidrokarbon yang menjadikan minyakbumi.
- teori emanasi volkanik
asal volkanik minyakbumi,mula-mula sekali diketemukan oleh von humboldt pada tahun 1805,kemudian dikembangkan oleh sarjana lainnya seperti Virlet d' Aoust (1934), Silvestri (1877-1882),dan terutama dikemukakan oleh Coste (1903). Teori ini mula-mula didasarkan atas pengamatan yang mengirakan bahwa gunungapi lumpur merupakan gunungapi dalam arti yang sebenarnya.
- hipotesa kimia
teori anorganik hidup kembali pada tahun 60an,terutama di Uni Soviet. Pada tahun 1974 teori ini dikemukakan lagi secara lebih praktis oleh Porfir'ev. Dinyatakan bahwa dibawah kerak bumi terdapat suatu kombinasi antara air,grafit dan sulfida besi yang bertindak sebagai suatu baterai yang besar, dengan grafit bertindak sebagai penyalur aliran listrik.
- hipotesa asal kosmik
sebetulnya tidak ada garis batas yang jelas yang membedakan hipotesa asal kosmik dengan hipotesa yang lainnya yg menyangkal bahwa zat organik memegang peranan dalam terbentuknya hidrokarbon.
2 teori utama asal terjadinya minyak bumi
1. Teori anorganik atau abiogenesa,yang menyatakan bahwa minyak bumi berasal dari proses anorganik.teori ini sudah lama tidak dianut lagi,namun pada tahun-tahun belakangan ini,di Rusia di hidupkan kembali,misalnya tulisan Porfir'ev (1974) yang mengemukakan kembali tentang cara terjadinya minyakbumi secara anorganik.
2. Teori organik atau biogenesa,teori ini lebih dapat diterima oleh masyarakat umum diseluruh dunia terutama di luar Uni Soviet.
Teori mengenai cara terdapatnya minyakbumi harus didasarkan atas dua macam bukti,yaitu :
- didasarkan atas percobaan laboratorium,yaitu bahwa proses organik ataupun anorganik dapat mengimitasikan proses aslinya di alam. Dengan perkataan lain,proses kimianya harus betul dan harus terbukti di dalam laboratorium.
- didasarkan atas berbagai pemikiran geologi atas berbagai data mengenai tempat terdapatnya minyakbumi,dalam keadaan yang bagaimana,serta faktor geologi mana yang terlibat. Semua data ini didapatkan dari hasil eksplorasi dari seluruh dunia.
2. Teori organik atau biogenesa,teori ini lebih dapat diterima oleh masyarakat umum diseluruh dunia terutama di luar Uni Soviet.
Teori mengenai cara terdapatnya minyakbumi harus didasarkan atas dua macam bukti,yaitu :
- didasarkan atas percobaan laboratorium,yaitu bahwa proses organik ataupun anorganik dapat mengimitasikan proses aslinya di alam. Dengan perkataan lain,proses kimianya harus betul dan harus terbukti di dalam laboratorium.
- didasarkan atas berbagai pemikiran geologi atas berbagai data mengenai tempat terdapatnya minyakbumi,dalam keadaan yang bagaimana,serta faktor geologi mana yang terlibat. Semua data ini didapatkan dari hasil eksplorasi dari seluruh dunia.
teori asal anorganik minyakbumi
perkembangan teori asal anorganik atau lebih tepat dikatakan teori abiogenik sejajar dengan perkembangan teori asal organik.namun pada permulaan abad ke-20 teori anorganik ini boleh dikatakan sudah hampir tak ada penganutnya.tetapi pada tahun enampuluhan teori ini kembali di uni sovyet.
Langganan:
Postingan (Atom)