Sabtu, 31 Juli 2010
LINGKUNGAN PENGAWETAN ZAT ORGANIK PEMBENTUK MINYAK & GASBUMI
CEKUNGAN EUXINIC: Kondisi untuk terjadinya pengawetan zat organik ialah tidak banyak adanya oksigen. Hedberg (1964) menekankan pentingnya cekungan terbatas dengan sirkulasi fluida yang kurang, sehingga oksidasi tidak akan terjadi. Lingkungan seperti itu disebut lingkungan euxinic. Dan lautan yang demikian merupakan suatu cekungan yang mempunyai ambang di bawah alas gelombang pada mulutnya terhadap laut terbuka sehingga tidak terjadi sirkulasi udara sama sekali dan oleh karenanya segala sesuatu menjadi berbau busuk, sedangkan dibagian lain atasnya sirkulasi udara terjadi dan disini organisme hidup. Zdt yang berbau busuk tersebut membentuk sapropel. Seringkali sapropel dibentuk karena reduksi kuat yang membentuk H2S dan sewaktu-waktu muncul pada permukaan untuk membunuh kehidupan yang terdapat di permukaan laut, dengan demikian juga menambah zat organik yang terakumulasi didasar cekungan. Karena terbentuknya H2S ini sering pula terjadi pirit authigenesa dalam serpih hitam. Beberapa contoh cekungan yang terbatas ini adalah antara lain : Laut Hitam (Rusia) ; Fyord di Norwegia ; Laut Merah ; dan teluk Gorontalo. Pengumpulan zat organik yang sedemikian banyaknya dan dalam keadaan reduksi kuat mungkin tidak membentuk minyak bumi, akan tetapi merupakan sumber untuk pembentukan kerogen. Timbulah persoalan apakah kiranya kerogen ini dapat bertindak sebagai sumber minyak bumi? Timbul pula pertanyaan apakah cekungan sebagaimana tersebut di atas, yang memungkinkan pembentukan minyak bumi, sama kondisinya dengan cekungan yang memungkinkan pembentukan evaporit? Ini dapat menerangkan mengapa banyak sekali akumulasi minyakbumi yang besar di dunia berasosiasi dengan endapan evaporit.
LINGKUNGAN PENGENDAPAN ZAT ORGANIK PEMBENTUK MINYAK & GASBUMI-3
LINGKUNGAN SEDIMENTASI CEPAT
Ditinjau dari segi sedimentasi yang sangat cepat, maka sebetulnya daerah pantai dan daerah deltalah yang cocok untuk pengumpulan zat organik. Sedimen yang dibawa dari daratan mula-mula diendapkan di mulut sungai, dalam bentuk delta dan oleh arus sepanjang pantai (longshore-currents) disebarkan disepanjang pantai. Dengan demikian daerah delta dan pantai merupakan tempat sedimentasi yang paling cepat, misalnya dengan sistem aliran turbid. Konsepsi terdahulu mengenai daerah dengan lapisan sedimen yg tebal adalah yang dinamakan umbgrove (1935) sebagai 'ideo-geosyncline', yaitu semacam cekungan sedimen yang karena penurunan daripada dasarnya, sedimentasi relatif agak cepat sehingga diendapkan sedimen yang sangat tebal, dan pada akhir perkembangannya dilipat secara landai. Hal ini mungkin cocok dengan konsepsi 'mio-geosyncline' dari Marshall Kay (1950). Penting sekali bagi pengisian suatu 'mio-geosyncline' terutama adalah delta yang maju secara cepat serta mengisi lautan yang dangkal. Hanya palung dalam saja dimana pengendapan sedimennya terutama terjadi oleh arus turbid merupakan 'geosyncline' yang sebenarnya.
Ditinjau dari segi sedimentasi yang sangat cepat, maka sebetulnya daerah pantai dan daerah deltalah yang cocok untuk pengumpulan zat organik. Sedimen yang dibawa dari daratan mula-mula diendapkan di mulut sungai, dalam bentuk delta dan oleh arus sepanjang pantai (longshore-currents) disebarkan disepanjang pantai. Dengan demikian daerah delta dan pantai merupakan tempat sedimentasi yang paling cepat, misalnya dengan sistem aliran turbid. Konsepsi terdahulu mengenai daerah dengan lapisan sedimen yg tebal adalah yang dinamakan umbgrove (1935) sebagai 'ideo-geosyncline', yaitu semacam cekungan sedimen yang karena penurunan daripada dasarnya, sedimentasi relatif agak cepat sehingga diendapkan sedimen yang sangat tebal, dan pada akhir perkembangannya dilipat secara landai. Hal ini mungkin cocok dengan konsepsi 'mio-geosyncline' dari Marshall Kay (1950). Penting sekali bagi pengisian suatu 'mio-geosyncline' terutama adalah delta yang maju secara cepat serta mengisi lautan yang dangkal. Hanya palung dalam saja dimana pengendapan sedimennya terutama terjadi oleh arus turbid merupakan 'geosyncline' yang sebenarnya.
Jumat, 30 Juli 2010
LINGKUNGAN PENGENDAPAN ZAT ORGANIK PEMBENTUK MINYAK & GASBUMI-2
DAERAH PANTAI & MULUT SUNGAI
Kehidupan yang berlangsung dengan subur dan pengendapan yang cepat, terutama terdapat didaerah pantai dan mulut sungai (Moore, 1969). Perairan pantai biasanya memproduksikan 50 kali lebih banyak zat organik daripada laut terbuka, terutama daerah muara. Ini disebabkan karena sungai membawa zat makanan dari daratan yang akan menarik banyak sekali jasad. Hal ini dapat kita lihat dari praktek perikanan, yaitu bahwa biasanya ikan di laut paling banyak ditemukan didekat pantai. Seringkali didaerah pantai yang demikian terjadi pengembangan organisme yang sangat cepat, yang kemudian juga mati secara cepat dan dengan demikian teronggoklah zat organik tersebut.
DAERAH MUNCULNYA ARUS LAUT DALAM
Daerah lain yang dapat sangat kaya zat organik adalah daerah dimana terdapat pemunculan air dari dasar laut ke permukaan (upwellin currents). Aliran ini membawa air dingin dari kedalman yang besar sekali yang naik kepermukaan dan membawa banyak zat makanan. Daerah seperti itu merupakan tempat kehidupan yang sangat subur, sehingga jasad yang kemudian mati dapat merupakan sumber zat organik. Pengembangan yang cepat dari organisme tersebut disebut dalam bahasa inggris sebagai 'blooming', yang kadang-kadang jelas terlihat karena adanya pewarnaan atau hilangnya warna daripada air laut, biasanya berwarna biru, merah atau hijau. Di pantai barat Amerika Serikat, negara bagian Washington, sering terjadi suatu pengembangan yang cepat dari diatomea, sehingga menyebabkan suatu akumulasi masa yang sangat besar untuk beberapa hari sepanjang pantai tersebut. Di lautan Jepang misalnya, pada bulan agustus dan september terjadi permukaan seperti minyak yang sangat luas yang disebabkan karena pertumbuhan yang sangat cepat dari diatomea pelagik. Di laut Azof antara bulan september dan desember terjadi juga pengembangan yang cepat dari ganggang, sehingga memberi warna coklat tua dan memberikan bau rawa-rawa. Pengaruh lain daripada 'blooming' ialah terbentuknya suatu zat beracun yang mematikan banyak sekali ikan, sehingga bangkainya kemudian tenggelam ke dasar laut dan kadang-kadang juga terkumpul pada pantai.hal ini sering terjadi di laut pantai selatan pulau jawa. Contoh lain adalah di pantai barat Afrika, dimana plankton yang berkembang secara cepat menghasilkan suatu zat racun yang membunuh ikan didaerah tersebut. Hal seperti itu menurut Brongersma-Sanders (1951), sering terjadi didaerah arus dalam yang muncul ke permukaan yang mengakibatkan terjadinya produksi organik yang abnormal tinggi, terutama plankton. Jaringan organik yang mati jatuh pada dasar laut dan membentuk suatu zat yang dinamakan zat sapropel,yaitu suatu zat organik yang setengah membusuk dan terutama terdiri dari sisa-sisa binatang dan tumbuh-tumbuhan laut yang terakumulasi pada dasar laut. Cekungan ini biasanya terdapat dalam keadaan Anaerob.
Kehidupan yang berlangsung dengan subur dan pengendapan yang cepat, terutama terdapat didaerah pantai dan mulut sungai (Moore, 1969). Perairan pantai biasanya memproduksikan 50 kali lebih banyak zat organik daripada laut terbuka, terutama daerah muara. Ini disebabkan karena sungai membawa zat makanan dari daratan yang akan menarik banyak sekali jasad. Hal ini dapat kita lihat dari praktek perikanan, yaitu bahwa biasanya ikan di laut paling banyak ditemukan didekat pantai. Seringkali didaerah pantai yang demikian terjadi pengembangan organisme yang sangat cepat, yang kemudian juga mati secara cepat dan dengan demikian teronggoklah zat organik tersebut.
DAERAH MUNCULNYA ARUS LAUT DALAM
Daerah lain yang dapat sangat kaya zat organik adalah daerah dimana terdapat pemunculan air dari dasar laut ke permukaan (upwellin currents). Aliran ini membawa air dingin dari kedalman yang besar sekali yang naik kepermukaan dan membawa banyak zat makanan. Daerah seperti itu merupakan tempat kehidupan yang sangat subur, sehingga jasad yang kemudian mati dapat merupakan sumber zat organik. Pengembangan yang cepat dari organisme tersebut disebut dalam bahasa inggris sebagai 'blooming', yang kadang-kadang jelas terlihat karena adanya pewarnaan atau hilangnya warna daripada air laut, biasanya berwarna biru, merah atau hijau. Di pantai barat Amerika Serikat, negara bagian Washington, sering terjadi suatu pengembangan yang cepat dari diatomea, sehingga menyebabkan suatu akumulasi masa yang sangat besar untuk beberapa hari sepanjang pantai tersebut. Di lautan Jepang misalnya, pada bulan agustus dan september terjadi permukaan seperti minyak yang sangat luas yang disebabkan karena pertumbuhan yang sangat cepat dari diatomea pelagik. Di laut Azof antara bulan september dan desember terjadi juga pengembangan yang cepat dari ganggang, sehingga memberi warna coklat tua dan memberikan bau rawa-rawa. Pengaruh lain daripada 'blooming' ialah terbentuknya suatu zat beracun yang mematikan banyak sekali ikan, sehingga bangkainya kemudian tenggelam ke dasar laut dan kadang-kadang juga terkumpul pada pantai.hal ini sering terjadi di laut pantai selatan pulau jawa. Contoh lain adalah di pantai barat Afrika, dimana plankton yang berkembang secara cepat menghasilkan suatu zat racun yang membunuh ikan didaerah tersebut. Hal seperti itu menurut Brongersma-Sanders (1951), sering terjadi didaerah arus dalam yang muncul ke permukaan yang mengakibatkan terjadinya produksi organik yang abnormal tinggi, terutama plankton. Jaringan organik yang mati jatuh pada dasar laut dan membentuk suatu zat yang dinamakan zat sapropel,yaitu suatu zat organik yang setengah membusuk dan terutama terdiri dari sisa-sisa binatang dan tumbuh-tumbuhan laut yang terakumulasi pada dasar laut. Cekungan ini biasanya terdapat dalam keadaan Anaerob.
Kamis, 29 Juli 2010
LINGKUNGAN PENGENDAPAN ZAT ORGANIK PEMBENTUK MINYAK & GASBUMI
Untuk terbentuknya minyak dan gasbumi tentu diperlukan suatu lingkungan pengendapan yang dapat memberikan kadar zat organik yang tinggi serta kesempatan untuk mengawetkannya. Keadaan seperti itu,yang memungkinkan teronggoknya zat organik adalah :
1) suatu lingkungan pengendapan dimana kehidupan berkembang secara baik sehingga zat organik terkumpul dengan banyak sekali.
2) pengendapan sedimen yang berlangsung demikian cepatnya, terutama yang halus, sehingga zat organik yang telah terkumpul dapat diawetkan dan tidak hilang oleh pembusukan ataupun oksidasi.
3) lingkungan yang berada dalam keadaan reduksi, dimana tidak terdapat sirkulasi air yang cepat sehingga oksigen tidak ada. Dengan demikian zat organik akan terawetkan.
1) suatu lingkungan pengendapan dimana kehidupan berkembang secara baik sehingga zat organik terkumpul dengan banyak sekali.
2) pengendapan sedimen yang berlangsung demikian cepatnya, terutama yang halus, sehingga zat organik yang telah terkumpul dapat diawetkan dan tidak hilang oleh pembusukan ataupun oksidasi.
3) lingkungan yang berada dalam keadaan reduksi, dimana tidak terdapat sirkulasi air yang cepat sehingga oksigen tidak ada. Dengan demikian zat organik akan terawetkan.
MINING ENGINERING INDONESIA: Pokok-pokok pikiran UU MINERBA RI no.4/2009
MINING ENGINERING INDONESIA: Pokok-pokok pikiran UU MINERBA RI no.4/2009: "1. Mineral dan batubara sebagai sumberdaya yg tak terbarukan dikuasai oleh negara 2. Pemerintah selanjutnya memberikan kesempatan kepada ba..."
MINING ENGINERING INDONESIA: Teori asal organik minyak dan gasbumi
MINING ENGINERING INDONESIA: Teori asal organik minyak dan gasbumi: "Teori asal organik minyak dan gasbumi boleh dikatakan diterima oleh kebanyakan oleh ahli geologi. Namun teori inipun belum memecahkan semua ..."
Rabu, 28 Juli 2010
MINING ENGINERING INDONESIA: CEKUNGAN KALIMANTAN TIMUR-4
MINING ENGINERING INDONESIA: CEKUNGAN KALIMANTAN TIMUR-4: "Lapangan minyak didarat Sanga-sanga, Samboja, dan Klandasan merupakan lapangan minyak yang terdapat dalam antiklinorium Sanga-sanga dan sek..."
Senin, 26 Juli 2010
CEKUNGAN KALIMANTAN TIMUR-4
Lapangan minyak didarat
Sanga-sanga, Samboja, dan Klandasan merupakan lapangan minyak yang terdapat dalam antiklinorium Sanga-sanga dan sekarang hanya mempunyai nilai historis. Semua lapangan ini dikemukakan pada akhir abad ke-19. Beberapa ratus sumur telah di bor disitu dan telah menghasilkan produksi kumulatif sampai tahun 1973, sebesar 300 juta barrel. Lapangan Badak, lapangan ini termasuk dalam kompleks Samboja - Sanga-sanga dan ditemukan tahun 1972 pada suatu struktur antiklin pada kedalaman 6000 - 9500 kaki, dengan produksi 2.561 barrel per hari dan 14.355 MCFGD (gas). Cadangan dari lapangan gas ini diperkirakan 10 biliyun kaki cubik (10 TCF).
Lapangan didaerah lepas pantai
Lapangan Ataka, lapangan ini ditemukan Union Oil pada tahun 1970, terletak 20 km lepas pantai kalimantan timur dengan kedalaman air laut 200 kaki. Minyak di lapangan ini terdapat dalam tubuh-tubuh batu pasir dengan ketebalan yang bervariasi sampai 50 m, pada kedalaman antara 200 - 7800 kaki, dengan porositas sampai 35 persen dan permeabilitas sampai 4 - 5 darcy. Perangkap lapangan ini merupakan suatu antiklin pendek yang simetris dan hampir menyerupai kubah, dengan kemiringan sayap 10 derajat dan sumbu antiklin berjurus 10 derajat ke barat dari utara. Tutupan areal 26 mil persegi dan tutupan vertikal 600 kaki, 70 persen dari tutupan vertikal diisi oleh minyak dan gas. Antiklin yang pendek ini terpotong-potong oleh suatu seri patahan normal yang besar dengan jurus barat laut - tenggara yang bersifat sesar tumbuh, walaupun gerakan utamanya terjadi setelah pengendapan. Struktur ini merupakan elemen positif pada miosen mudg dan pliosen, sehingga lapisan menipis pada puncaknya. Minyak yang didapatkan mempunyai berat jenis 35' - 43' API, dan kadar belerang 0,5 %. Beberapa lapisan pasir hanya mengandung gas tanpa minyak. Lapangan ini diproduksikan dengan 50 sumur dari 6 platform. Produksi total 100.000 barel/hari. Lapangan handil. Lapangan minyak ini ditemukan pada tahun 1973 di delta mahakam. Walaupun letaknya di salah satu pulau delta tersebut, tetapi lapangan ini sering disebut sebagai lapangan lepas pantai. Lapangan ini terdapat dalam struktur antiklin, tetapi yang bertindak sebagai perangkap adalah keadaan stratigrafinya. Lapisan reservoir terdiri dari lapisan batupasir berumur miosen tengah yang berbentuk suatu lensa yang diendapkan oleh saluran sungai (point bar sand) dalam suatu dataran delta. Ketebalan total batu pasir yang mengandung hidrokarbon adalah maximal 250 m (197 m gas dan 55 m minyak) dan minimal adalah nol. Minyak yang dihasilkan berberat jenis 0,846 - 0,872 (31' - 36' API), dengan kadar belerang 0,06 % dan bersifat aromat/naften dalam fraksi ringan dan parafin dalam fraksi berat. Kapasitas produksi lapangan ini adalah 120 - 150.000 barrel/hari (magnier dan samsu, 1975).
Beberapa lapangan lain adalah : Bekapai, Panjilatan, dan Kerindungan. Semua lapangan ini menghasilkan dari sistem delta yang sama.
CEKUNGAN TARAKAN
Cekungan ini juga memperlihatkan kedudukan yang sama dengan cekungan Kutai. Di bagian barat, cekungan ini dibatasi oleh jalur kucing, sedangkan ke sebelah timur membuka ke Laut Sulawesi. Stratigrafi daerah ini didominasi oleh fasa regresi yang mungkin juga bersifat delta, dengan fasies neritik litoral sampai limnik terestrial/lagunal. Di antaranya juga terdapat interkalasi gamping. Formasi tersebut dari bawah ke atas adalah Formasi Kapilit, Formasi Simenggaris, Formasi Tarakan dan Formasi Bunyu. Minyak terdapat dalam lapisan pasir dari Formasi Simenggaris dan Formasi Tarakan. Perangkap terdapat pada antiklin yang membujur utara-selatan, dimana kulminasinya bersama patahan normal membentuk tutupan. Minyak yang dihasilkan bersifat parafin ringan dan aspal (Weeda, 1985).
LAPANGAN MINYAK Tarakan. Lapangan ini ditemukan pada tahun 1890 pada suatu pulau, dan merupakan lapangan minyak yang penting. Lapisan reservoir utama terdapat pada kedalaman antara 500 - 700 m, dan juga sampai kedalaman 1030 m. Minyak yang dihasilkan bersifat aspal. Produksi kumulatif sampai tahun 1966 hampir mencapai 200 juta barrel.
Lapangan Minyak Bunyu, lapangan ini juga merupakan suatu pulau, dan ditemukan pada tahun 1936. Lapangan ini memproduksi dari kedalaman antara 700 - 2700 m, dan minyak yang didapatkan bersifat aspal (API Gravity = 24,5) dan parafin (API Gravity = 32,6'). Minyak bersifat aspal terdapat di atas 800 m dan dibawahnya bersifat parafin.
Dibawah 950 m API (0,88) Pada kedalaman 1900 m. Disini residue lilin juga meningkat dari 20 ke 45 %. Yang sangat mengesankan yaitu dengan meningkatnya kadar residu dengan kedalaman, kadar klorida dan air formasi menurun dari 10 gr/1 menjadi 1,8 gr/1, dan kadar karbonat meningkat. Di Tarakan air formasi lebih bersifat tawar (kadar klorida dibawah 1 gr/1) (Weeda, 1958). Bunyu memproduksi secara kumulatif sampai tahun 1966 sebanyak 37 juta barrel.
Sanga-sanga, Samboja, dan Klandasan merupakan lapangan minyak yang terdapat dalam antiklinorium Sanga-sanga dan sekarang hanya mempunyai nilai historis. Semua lapangan ini dikemukakan pada akhir abad ke-19. Beberapa ratus sumur telah di bor disitu dan telah menghasilkan produksi kumulatif sampai tahun 1973, sebesar 300 juta barrel. Lapangan Badak, lapangan ini termasuk dalam kompleks Samboja - Sanga-sanga dan ditemukan tahun 1972 pada suatu struktur antiklin pada kedalaman 6000 - 9500 kaki, dengan produksi 2.561 barrel per hari dan 14.355 MCFGD (gas). Cadangan dari lapangan gas ini diperkirakan 10 biliyun kaki cubik (10 TCF).
Lapangan didaerah lepas pantai
Lapangan Ataka, lapangan ini ditemukan Union Oil pada tahun 1970, terletak 20 km lepas pantai kalimantan timur dengan kedalaman air laut 200 kaki. Minyak di lapangan ini terdapat dalam tubuh-tubuh batu pasir dengan ketebalan yang bervariasi sampai 50 m, pada kedalaman antara 200 - 7800 kaki, dengan porositas sampai 35 persen dan permeabilitas sampai 4 - 5 darcy. Perangkap lapangan ini merupakan suatu antiklin pendek yang simetris dan hampir menyerupai kubah, dengan kemiringan sayap 10 derajat dan sumbu antiklin berjurus 10 derajat ke barat dari utara. Tutupan areal 26 mil persegi dan tutupan vertikal 600 kaki, 70 persen dari tutupan vertikal diisi oleh minyak dan gas. Antiklin yang pendek ini terpotong-potong oleh suatu seri patahan normal yang besar dengan jurus barat laut - tenggara yang bersifat sesar tumbuh, walaupun gerakan utamanya terjadi setelah pengendapan. Struktur ini merupakan elemen positif pada miosen mudg dan pliosen, sehingga lapisan menipis pada puncaknya. Minyak yang didapatkan mempunyai berat jenis 35' - 43' API, dan kadar belerang 0,5 %. Beberapa lapisan pasir hanya mengandung gas tanpa minyak. Lapangan ini diproduksikan dengan 50 sumur dari 6 platform. Produksi total 100.000 barel/hari. Lapangan handil. Lapangan minyak ini ditemukan pada tahun 1973 di delta mahakam. Walaupun letaknya di salah satu pulau delta tersebut, tetapi lapangan ini sering disebut sebagai lapangan lepas pantai. Lapangan ini terdapat dalam struktur antiklin, tetapi yang bertindak sebagai perangkap adalah keadaan stratigrafinya. Lapisan reservoir terdiri dari lapisan batupasir berumur miosen tengah yang berbentuk suatu lensa yang diendapkan oleh saluran sungai (point bar sand) dalam suatu dataran delta. Ketebalan total batu pasir yang mengandung hidrokarbon adalah maximal 250 m (197 m gas dan 55 m minyak) dan minimal adalah nol. Minyak yang dihasilkan berberat jenis 0,846 - 0,872 (31' - 36' API), dengan kadar belerang 0,06 % dan bersifat aromat/naften dalam fraksi ringan dan parafin dalam fraksi berat. Kapasitas produksi lapangan ini adalah 120 - 150.000 barrel/hari (magnier dan samsu, 1975).
Beberapa lapangan lain adalah : Bekapai, Panjilatan, dan Kerindungan. Semua lapangan ini menghasilkan dari sistem delta yang sama.
CEKUNGAN TARAKAN
Cekungan ini juga memperlihatkan kedudukan yang sama dengan cekungan Kutai. Di bagian barat, cekungan ini dibatasi oleh jalur kucing, sedangkan ke sebelah timur membuka ke Laut Sulawesi. Stratigrafi daerah ini didominasi oleh fasa regresi yang mungkin juga bersifat delta, dengan fasies neritik litoral sampai limnik terestrial/lagunal. Di antaranya juga terdapat interkalasi gamping. Formasi tersebut dari bawah ke atas adalah Formasi Kapilit, Formasi Simenggaris, Formasi Tarakan dan Formasi Bunyu. Minyak terdapat dalam lapisan pasir dari Formasi Simenggaris dan Formasi Tarakan. Perangkap terdapat pada antiklin yang membujur utara-selatan, dimana kulminasinya bersama patahan normal membentuk tutupan. Minyak yang dihasilkan bersifat parafin ringan dan aspal (Weeda, 1985).
LAPANGAN MINYAK Tarakan. Lapangan ini ditemukan pada tahun 1890 pada suatu pulau, dan merupakan lapangan minyak yang penting. Lapisan reservoir utama terdapat pada kedalaman antara 500 - 700 m, dan juga sampai kedalaman 1030 m. Minyak yang dihasilkan bersifat aspal. Produksi kumulatif sampai tahun 1966 hampir mencapai 200 juta barrel.
Lapangan Minyak Bunyu, lapangan ini juga merupakan suatu pulau, dan ditemukan pada tahun 1936. Lapangan ini memproduksi dari kedalaman antara 700 - 2700 m, dan minyak yang didapatkan bersifat aspal (API Gravity = 24,5) dan parafin (API Gravity = 32,6'). Minyak bersifat aspal terdapat di atas 800 m dan dibawahnya bersifat parafin.
Dibawah 950 m API (0,88) Pada kedalaman 1900 m. Disini residue lilin juga meningkat dari 20 ke 45 %. Yang sangat mengesankan yaitu dengan meningkatnya kadar residu dengan kedalaman, kadar klorida dan air formasi menurun dari 10 gr/1 menjadi 1,8 gr/1, dan kadar karbonat meningkat. Di Tarakan air formasi lebih bersifat tawar (kadar klorida dibawah 1 gr/1) (Weeda, 1958). Bunyu memproduksi secara kumulatif sampai tahun 1966 sebanyak 37 juta barrel.
MORFOLOGI DAN STRATIGRAFI di area pertambangan andesit PT.Pancaputra Margasejahtera didesa Linggarsari, Kecamatan Plered Purwakarta, jawa barat
MORFOLOGI
Morfologi daerah penelitian di dominasi oleh morfologi kerucut intrusi, dimana daerah ini dijumpai oleh 3 buah puncak yaitu Gunung Sindang Lengis dengan ketinggian 498 n dpl, Gunung Emeral dengan ketinggian 507,2 m dpl dan Gunung Bedil dengan ketinggian 300 m dpl. Tumbuhan yang menutupi morfologi ini adalah terutama tumbuhan perdu. Sungai yang dijumpai didaerah penelitian adalah sungai-sungai kecil yang dikategorikan sebagai sungai muda, dimana sungai-sungai tersebut masih dangkal dan berbentuk V tertutup, dan sungai-sungainya bersifat temporary dimana hanya berair pada waktu hujan. Secara keseluruhan sungai-sungai yang ada mempunyai pola radier.
STRATIGRAFI
Lokasi penelitian yang terletak pada daerah perbukitan intrusi diketahui disusun oleh dua satuan batuan yang dipisahkan secara tidak selaras yaitu satuan Aluvium dan satuan andesite.
Satuan Aluvium
satuan aluvium ini penyebarannya cukup luas dan menutupi hampir sebagian besar batuan dasarnya. Aluvium di lokasi penelitian ini terdiri dari tanah pelapukan batuan dasar, talus dan endapan hasil transportasi sungai-sungai yang ada. Tanah pelapukan banyak di jumpai didaerah selatan intrusi yang banyak dimanfaatkan penduduk sebagai ladang. Pada umumnya tanah pelapukan ini tidak begitu tebal. Talus terutama banyak dijumpai dibawah lereng-lereng yang curam yang terdiri dari tanah yang bercampur dengan fragment batuan dasarnya (andesit) dan pasir, pada umumnya talus ini membentuk kerucut. Endapan sedimen sungai sangat sedikit dijumpai terutama didasar-dasar sungai kering dan sebagian dipinggirannya. Endapan ini terdiri dari pasir lepas dan kerikil dengan sedikit bongkah.
Satuan Andesit
satuan batuan andesit ini adalah merupakan batuan dasar dari daerah penelitian, terutama tersingkap didaerah yang telah ditambang. Andesit berwarna abu sampai abu terang dengan tekstur propiritik dengan fenokris hormblenda, plagioklas, mineral gelap lainnya dan sedikit kwarsa, sedangkan masa dasar terdiri dari material-material halus yang diduga mineralnya adalah sama dengan fenokrisnya, didalam andesit ini dijumpai batuan asing (xenolith) andesit dari batuan yang lebih tua.
Morfologi daerah penelitian di dominasi oleh morfologi kerucut intrusi, dimana daerah ini dijumpai oleh 3 buah puncak yaitu Gunung Sindang Lengis dengan ketinggian 498 n dpl, Gunung Emeral dengan ketinggian 507,2 m dpl dan Gunung Bedil dengan ketinggian 300 m dpl. Tumbuhan yang menutupi morfologi ini adalah terutama tumbuhan perdu. Sungai yang dijumpai didaerah penelitian adalah sungai-sungai kecil yang dikategorikan sebagai sungai muda, dimana sungai-sungai tersebut masih dangkal dan berbentuk V tertutup, dan sungai-sungainya bersifat temporary dimana hanya berair pada waktu hujan. Secara keseluruhan sungai-sungai yang ada mempunyai pola radier.
STRATIGRAFI
Lokasi penelitian yang terletak pada daerah perbukitan intrusi diketahui disusun oleh dua satuan batuan yang dipisahkan secara tidak selaras yaitu satuan Aluvium dan satuan andesite.
Satuan Aluvium
satuan aluvium ini penyebarannya cukup luas dan menutupi hampir sebagian besar batuan dasarnya. Aluvium di lokasi penelitian ini terdiri dari tanah pelapukan batuan dasar, talus dan endapan hasil transportasi sungai-sungai yang ada. Tanah pelapukan banyak di jumpai didaerah selatan intrusi yang banyak dimanfaatkan penduduk sebagai ladang. Pada umumnya tanah pelapukan ini tidak begitu tebal. Talus terutama banyak dijumpai dibawah lereng-lereng yang curam yang terdiri dari tanah yang bercampur dengan fragment batuan dasarnya (andesit) dan pasir, pada umumnya talus ini membentuk kerucut. Endapan sedimen sungai sangat sedikit dijumpai terutama didasar-dasar sungai kering dan sebagian dipinggirannya. Endapan ini terdiri dari pasir lepas dan kerikil dengan sedikit bongkah.
Satuan Andesit
satuan batuan andesit ini adalah merupakan batuan dasar dari daerah penelitian, terutama tersingkap didaerah yang telah ditambang. Andesit berwarna abu sampai abu terang dengan tekstur propiritik dengan fenokris hormblenda, plagioklas, mineral gelap lainnya dan sedikit kwarsa, sedangkan masa dasar terdiri dari material-material halus yang diduga mineralnya adalah sama dengan fenokrisnya, didalam andesit ini dijumpai batuan asing (xenolith) andesit dari batuan yang lebih tua.
CEKUNGAN KALIMANTAN TIMUR-3
CEKUNGAN KUTAI
Cekungan ini diketahui lebih banyak setelah ditemukannya lapangan minyak Ataka (Schwartz, Laughbaum, dkk. 1973) pada tahun 1970 dan Bekapai (Gerard dan Oesterle, 1973), serta lapangan minyak Badak (Helmiq dkk, 1974) dan cekungan ini memperlihatkan nilai gravitasi Bouguer yang positif diatas lapisan sedimen Tersier yang tebal, yang menunjukan bahwa mungkin sekali cekungan ini membawahi kerakbumi samudra.
Stratigrafi
stratigrafi daerah ini juga terdiri dari siklus transgresi yang segera diikuti oleh regresi yang mengisi cekungan ini pada seluruh Tersier dan Kwarter. Data stratigrafi menunjukan bahwa cekungan diisi dari barat ke timur secara progradasi dengan sumbu ketebalan sedimen maximum, diendapkan pada setiap jenjang Tersier yang bergeser secara progresif ke arah timur menumpang diatas sedimen laut dalam yang tipis dari selat makassar. Gerard dan Oesterle (1973) maupun maupun Schwartz dan lain-lain (1973) menginterpretasikan endapan dalam fasa regresif ini sebagai delta. Disini fasies prodelta, delta front, delta plain terdapat dalam urutan vertikal secara berganti-ganti dan merupakan nenek moyang delta Mahakam yang sekarang. Delta tersebut berprogradasi ke arah laut, akan tetapi beberapa kali ditransgresi sehingga memberikan daur (siklus) kecil. Salah satu progradasi yang jauh ke timur terjadi di Miosen Muda, dimana kompleks delta mencapai pinggiran paparan. Setiap fase regresi daur (cyclus) kecil ini mengendapkan lapisan pasir reservoir. Dimuka delta ini terbentuk terumbu pinggiran paparan (shelf-edge-reefs) sebelum lereng kontinen outer shelf. Didalam daur regresi besar ini dapat dibedakan antara Formasi Pulubalang, Formasi Balikpapan dan Formasi Kampung Baru, yang berumur dari Miosen sampai Pliosen.
Terdapatnya minyak dan gas bumi
Minyak didapatkan dalam Formasi Balikpapan ataupun Formasi Kampung Baru. Lapisan batupasir reservoir khas bersifat lensa-lensa, juga khas untuk endapan delta adalah perubahan Salinitas 5000 ppm sampai 38.000 ppm dengan nilai rata-rata 20.000 ppm. Jadi, kebanyakan air payau. Perangkap terdapat dalam lipatan yang mempunyai jurus utara-selatan, dan membentuk beberapa antiklinorium ketat, mungkin juga di apiris, sebab pada sumbu ini didapatkan gunung api lumpur. Selain itu patahan normal juga berperan sebagai perangkap, terutama di lepas pantai. Minyak yang didapatkan, bersifat ringan dengan 20 - 25 persen residu di lapisan dalam dan yang bersifat aspal pada lapisan dangkal.
Cekungan ini diketahui lebih banyak setelah ditemukannya lapangan minyak Ataka (Schwartz, Laughbaum, dkk. 1973) pada tahun 1970 dan Bekapai (Gerard dan Oesterle, 1973), serta lapangan minyak Badak (Helmiq dkk, 1974) dan cekungan ini memperlihatkan nilai gravitasi Bouguer yang positif diatas lapisan sedimen Tersier yang tebal, yang menunjukan bahwa mungkin sekali cekungan ini membawahi kerakbumi samudra.
Stratigrafi
stratigrafi daerah ini juga terdiri dari siklus transgresi yang segera diikuti oleh regresi yang mengisi cekungan ini pada seluruh Tersier dan Kwarter. Data stratigrafi menunjukan bahwa cekungan diisi dari barat ke timur secara progradasi dengan sumbu ketebalan sedimen maximum, diendapkan pada setiap jenjang Tersier yang bergeser secara progresif ke arah timur menumpang diatas sedimen laut dalam yang tipis dari selat makassar. Gerard dan Oesterle (1973) maupun maupun Schwartz dan lain-lain (1973) menginterpretasikan endapan dalam fasa regresif ini sebagai delta. Disini fasies prodelta, delta front, delta plain terdapat dalam urutan vertikal secara berganti-ganti dan merupakan nenek moyang delta Mahakam yang sekarang. Delta tersebut berprogradasi ke arah laut, akan tetapi beberapa kali ditransgresi sehingga memberikan daur (siklus) kecil. Salah satu progradasi yang jauh ke timur terjadi di Miosen Muda, dimana kompleks delta mencapai pinggiran paparan. Setiap fase regresi daur (cyclus) kecil ini mengendapkan lapisan pasir reservoir. Dimuka delta ini terbentuk terumbu pinggiran paparan (shelf-edge-reefs) sebelum lereng kontinen outer shelf. Didalam daur regresi besar ini dapat dibedakan antara Formasi Pulubalang, Formasi Balikpapan dan Formasi Kampung Baru, yang berumur dari Miosen sampai Pliosen.
Terdapatnya minyak dan gas bumi
Minyak didapatkan dalam Formasi Balikpapan ataupun Formasi Kampung Baru. Lapisan batupasir reservoir khas bersifat lensa-lensa, juga khas untuk endapan delta adalah perubahan Salinitas 5000 ppm sampai 38.000 ppm dengan nilai rata-rata 20.000 ppm. Jadi, kebanyakan air payau. Perangkap terdapat dalam lipatan yang mempunyai jurus utara-selatan, dan membentuk beberapa antiklinorium ketat, mungkin juga di apiris, sebab pada sumbu ini didapatkan gunung api lumpur. Selain itu patahan normal juga berperan sebagai perangkap, terutama di lepas pantai. Minyak yang didapatkan, bersifat ringan dengan 20 - 25 persen residu di lapisan dalam dan yang bersifat aspal pada lapisan dangkal.
CEKUNGAN KALIMANTAN TIMUR-2
CEKUNGAN BARITO
Cekungan ini lebih menyerupai cekungan epikontinen laut Jawa Timur, juga nilai gravitasi Bouger yang negatif menunjukan kerak kontinental di bawah cekungan ini. Sedimen Tersier dalam cekungan ini relatif tipis. Cekungan ini khas asimetris, dari sebelah barat dekat paparan Sunda terdapat paparan Barito dengan kemiringan relatif datar, ke timur menjadi cekungan yang dalam yang dibatasi oleh sesar naik ke arah barat dari Punggungan Meratus yang merupakan bongkah naik (uplifted block). Stratigrafi dimulai dengan sedimentasi non-marin (fluviatil) dari formasi Tanjung, yang diperkirakan berumur Eosen, yang di ikuti dengan Transgresi Marin (formasi Tanjung bagian atas) dan berkulminasi dengan endapan gamping Miosen Bawah Formasi Berau yang pada pinggiran ke Cekungan Kutai menghilang. Di atasnya diikuti dengan fasa regresif dengan pengendapan Formasi Warukin dan Formasi Dahor dengan banyak sisipan batubara yang berumur Miosen sampai Pliosen. Dalam cekungan Barito terdapat sistem pelipatan Utara-Selatan yang terutama dimanifestasikan oleh Pegunungan Meratus. Sesar-sungkup dapat diterangkan dengan draping sedimen Tersier pada suatu blok pra-tersier yang diangkat. Makin ke barat lapisan sedimen makin landai, malahan selebar 150 - 180 km sedikit memperlihatkan pelipatan. Hal ini merupakan salah satu bukti pula bahwa sesar-sungkup disebabkan pengangkatan pegunungan Meratus. Lebih ke sebelah timur pada Paparan Paternoster kelihatan jelas patahan jenjang ke arah Selat Makassar, juga pelipatan di sayap timur pada lapisan Tersier berkurang ke arah timur,umur pelipatan adalah Pliosen sampai Plistosen.
Lapangan minyak
Dicekungan Barito sampai kini hanya ada satu lapangan minyak yang penting, yaitu :
LAPANGAN TANJUNG, Lapangan ini berproduksi dari lapisan pasir transgresi Eosen (Formasi Tanjung) dan dalam batuan beku (diabas) yang merupakan batuan dasar, yang ikut tersesar-sungkupkan dan menghasilkan porositas retakan. Perangkap adalah antiklin yang sangat asimetri dengan sayap barat yang terjal yang diikuti sesar-naik. Minyak yang dihasilkan bersifat parafin berat dengan kadar 18 - 20 persen parafin dan 60 persen residu. LAPANGAN LAIN kecil dan tak berarti, misalnya Lapangan Warukin dan Lapangan Tutupan Timur.
Cekungan ini lebih menyerupai cekungan epikontinen laut Jawa Timur, juga nilai gravitasi Bouger yang negatif menunjukan kerak kontinental di bawah cekungan ini. Sedimen Tersier dalam cekungan ini relatif tipis. Cekungan ini khas asimetris, dari sebelah barat dekat paparan Sunda terdapat paparan Barito dengan kemiringan relatif datar, ke timur menjadi cekungan yang dalam yang dibatasi oleh sesar naik ke arah barat dari Punggungan Meratus yang merupakan bongkah naik (uplifted block). Stratigrafi dimulai dengan sedimentasi non-marin (fluviatil) dari formasi Tanjung, yang diperkirakan berumur Eosen, yang di ikuti dengan Transgresi Marin (formasi Tanjung bagian atas) dan berkulminasi dengan endapan gamping Miosen Bawah Formasi Berau yang pada pinggiran ke Cekungan Kutai menghilang. Di atasnya diikuti dengan fasa regresif dengan pengendapan Formasi Warukin dan Formasi Dahor dengan banyak sisipan batubara yang berumur Miosen sampai Pliosen. Dalam cekungan Barito terdapat sistem pelipatan Utara-Selatan yang terutama dimanifestasikan oleh Pegunungan Meratus. Sesar-sungkup dapat diterangkan dengan draping sedimen Tersier pada suatu blok pra-tersier yang diangkat. Makin ke barat lapisan sedimen makin landai, malahan selebar 150 - 180 km sedikit memperlihatkan pelipatan. Hal ini merupakan salah satu bukti pula bahwa sesar-sungkup disebabkan pengangkatan pegunungan Meratus. Lebih ke sebelah timur pada Paparan Paternoster kelihatan jelas patahan jenjang ke arah Selat Makassar, juga pelipatan di sayap timur pada lapisan Tersier berkurang ke arah timur,umur pelipatan adalah Pliosen sampai Plistosen.
Lapangan minyak
Dicekungan Barito sampai kini hanya ada satu lapangan minyak yang penting, yaitu :
LAPANGAN TANJUNG, Lapangan ini berproduksi dari lapisan pasir transgresi Eosen (Formasi Tanjung) dan dalam batuan beku (diabas) yang merupakan batuan dasar, yang ikut tersesar-sungkupkan dan menghasilkan porositas retakan. Perangkap adalah antiklin yang sangat asimetri dengan sayap barat yang terjal yang diikuti sesar-naik. Minyak yang dihasilkan bersifat parafin berat dengan kadar 18 - 20 persen parafin dan 60 persen residu. LAPANGAN LAIN kecil dan tak berarti, misalnya Lapangan Warukin dan Lapangan Tutupan Timur.
Cekungan kalimantan timur
KERANGKA TEKTONIK
Daerah cekungan tersier Kalimantan Timur di batasi disebelah barat oleh paparan Stabil Sunda dari Kalimantan Barat yg merupakan suatu kompleks batuan dasar pra-tersier,batuan beku dan metamorf yang telah stabil, dibagian barat laut oleh daerah tinggi kucing (Kucing high) yang juga terdiri dari batuan pra-Tersier yang terlipat ketat. Disebelah timur, cekungan ini membuka ke Selat Makassar dengan kedalaman lebih dari 2700 meter. Anomali gravitasi isostatik positif yang kuat menunjukan dasar laut yang bersifat kerak samudra dengan lapisan sedimen yang tipis, masih dalam keadaan di atas tingkat penyesuaian isostatik (Schwartz, 1973). Hal ini mungkin disebabkan hasil daya tarikan yang menyebabkan Sulawesi menjauhi Kalimantan (tensional rifting). Dibagian selatan, daerah cekungan ini bersambungan dengan cekungan epikontinen laut Jawa Timur. Unsur tektonik berikut membagi daerah Kalimantan beserta lepas pantainya menjadi beberapa cekungan. Unsur-unsur tersebut adalah :
a. Daerah tinggi meratus
b. Paparan Paternoster
c. Punggung Mangkalihat.
ketiga unsur ini membagi cekungan sebagai berikut :
a. Cekungan Barito sebelah barat Punggung Meratus
b. Cekungan Pasir antara Punggung Meratus dan Paparan Paternoster
c. Cekungan Kutai disebelah utara Punggungan Meratus
d. Cekungan Tarakan dipisahkan di sebelah selatan oleh punggung Mangkalihat.
Sedimen Tersier di Cekumgan Kutai menerus ke selatan dengan Cekungan Barito dan Paparan Paternoster, demikian pula ke cekungan Tarakan. Stratigrafi cekungan ini pada umumnya menunjukan daur transgresi (Eosen) yang diikuti dengan regresi, namun terdapat variasi khusus untuk tiap cekungan.
Daerah cekungan tersier Kalimantan Timur di batasi disebelah barat oleh paparan Stabil Sunda dari Kalimantan Barat yg merupakan suatu kompleks batuan dasar pra-tersier,batuan beku dan metamorf yang telah stabil, dibagian barat laut oleh daerah tinggi kucing (Kucing high) yang juga terdiri dari batuan pra-Tersier yang terlipat ketat. Disebelah timur, cekungan ini membuka ke Selat Makassar dengan kedalaman lebih dari 2700 meter. Anomali gravitasi isostatik positif yang kuat menunjukan dasar laut yang bersifat kerak samudra dengan lapisan sedimen yang tipis, masih dalam keadaan di atas tingkat penyesuaian isostatik (Schwartz, 1973). Hal ini mungkin disebabkan hasil daya tarikan yang menyebabkan Sulawesi menjauhi Kalimantan (tensional rifting). Dibagian selatan, daerah cekungan ini bersambungan dengan cekungan epikontinen laut Jawa Timur. Unsur tektonik berikut membagi daerah Kalimantan beserta lepas pantainya menjadi beberapa cekungan. Unsur-unsur tersebut adalah :
a. Daerah tinggi meratus
b. Paparan Paternoster
c. Punggung Mangkalihat.
ketiga unsur ini membagi cekungan sebagai berikut :
a. Cekungan Barito sebelah barat Punggung Meratus
b. Cekungan Pasir antara Punggung Meratus dan Paparan Paternoster
c. Cekungan Kutai disebelah utara Punggungan Meratus
d. Cekungan Tarakan dipisahkan di sebelah selatan oleh punggung Mangkalihat.
Sedimen Tersier di Cekumgan Kutai menerus ke selatan dengan Cekungan Barito dan Paparan Paternoster, demikian pula ke cekungan Tarakan. Stratigrafi cekungan ini pada umumnya menunjukan daur transgresi (Eosen) yang diikuti dengan regresi, namun terdapat variasi khusus untuk tiap cekungan.
Minggu, 25 Juli 2010
Teori asal organik minyak dan gasbumi
Teori asal organik minyak dan gasbumi boleh dikatakan diterima oleh kebanyakan oleh ahli geologi. Namun teori inipun belum memecahkan semua persoalan yg timbul, persoalan tersebut antara lain adalah mengenai sumber bahan organik : apakah berasal dari hewan atau berasal dari tumbuh-tumbuhan? Apakah berasal dari zat organik lautan atau juga yang bukan lautan? Juga belum jelas apakah zat organik ini terurai menjadi minyakbumi ataukah minyakbumi terbentuk dari sintesa hidrokarbon yang berada dari zat organik saja? Juga cara transformasi minyakbumi belum diketahui secara pasti. Masalah lain diantaranya adalah mengenai migrasi. Apakah minyakbumi dapat bermigrasi jarak jauh atau hanya jarak dekat saja, dan apakah minyakbumi terbentuk dalam batuan induk, dan kemudian bermigrasi kedalam batuan reservoir yang fasiesnya berlain-lain? Selain itu juga sebagaimana halnya dengan banyak teori geologi lainnya, maka teori organik harus didasarkan atas :
1. Percobaan dalam laboratorium yang mensintesakan minyakbumi dari zat organik.
2. Pemikiran geologi atas data yang terdapat diseluruh dunia mengenai beberapa faktor penyebab terdapatnya akumulasi minyakbumi.
Salah satu hal mengenai tidak dapat dipecahkannya persoalan diatas adalah tidak adanya stadium peralihan antara zat organik dengan minyakbumi. Lain halnya dengan batubara, dimana dari mulai kayu ke batubara terdapat zat-zat perantaranya.
1. Percobaan dalam laboratorium yang mensintesakan minyakbumi dari zat organik.
2. Pemikiran geologi atas data yang terdapat diseluruh dunia mengenai beberapa faktor penyebab terdapatnya akumulasi minyakbumi.
Salah satu hal mengenai tidak dapat dipecahkannya persoalan diatas adalah tidak adanya stadium peralihan antara zat organik dengan minyakbumi. Lain halnya dengan batubara, dimana dari mulai kayu ke batubara terdapat zat-zat perantaranya.
teori asal anorganik minyakbumi
- teori alkali panas dengan CO2
berthelot adalah seorang ahli kimia perancis yang pada tahun 1866 mengajukan hipotesa yang menarik perhatian.ia memulai dengan suatu perkiraan atau anggapan bahwa didalam bumi terdapat logam alkali dalam keadaan bebas dan tentunya pada temperatur yg tinggi.
- teori karbida panas dengan air
mendeleyeff seorang kimiawan uni soviet di abad ke-19,beranggapan bahwa didalam kerak bumi terdapat karbida besi.air yang masuk kedalam kerakbumi membentuk hidrokarbon yang menjadikan minyakbumi.
- teori emanasi volkanik
asal volkanik minyakbumi,mula-mula sekali diketemukan oleh von humboldt pada tahun 1805,kemudian dikembangkan oleh sarjana lainnya seperti Virlet d' Aoust (1934), Silvestri (1877-1882),dan terutama dikemukakan oleh Coste (1903). Teori ini mula-mula didasarkan atas pengamatan yang mengirakan bahwa gunungapi lumpur merupakan gunungapi dalam arti yang sebenarnya.
- hipotesa kimia
teori anorganik hidup kembali pada tahun 60an,terutama di Uni Soviet. Pada tahun 1974 teori ini dikemukakan lagi secara lebih praktis oleh Porfir'ev. Dinyatakan bahwa dibawah kerak bumi terdapat suatu kombinasi antara air,grafit dan sulfida besi yang bertindak sebagai suatu baterai yang besar, dengan grafit bertindak sebagai penyalur aliran listrik.
- hipotesa asal kosmik
sebetulnya tidak ada garis batas yang jelas yang membedakan hipotesa asal kosmik dengan hipotesa yang lainnya yg menyangkal bahwa zat organik memegang peranan dalam terbentuknya hidrokarbon.
berthelot adalah seorang ahli kimia perancis yang pada tahun 1866 mengajukan hipotesa yang menarik perhatian.ia memulai dengan suatu perkiraan atau anggapan bahwa didalam bumi terdapat logam alkali dalam keadaan bebas dan tentunya pada temperatur yg tinggi.
- teori karbida panas dengan air
mendeleyeff seorang kimiawan uni soviet di abad ke-19,beranggapan bahwa didalam kerak bumi terdapat karbida besi.air yang masuk kedalam kerakbumi membentuk hidrokarbon yang menjadikan minyakbumi.
- teori emanasi volkanik
asal volkanik minyakbumi,mula-mula sekali diketemukan oleh von humboldt pada tahun 1805,kemudian dikembangkan oleh sarjana lainnya seperti Virlet d' Aoust (1934), Silvestri (1877-1882),dan terutama dikemukakan oleh Coste (1903). Teori ini mula-mula didasarkan atas pengamatan yang mengirakan bahwa gunungapi lumpur merupakan gunungapi dalam arti yang sebenarnya.
- hipotesa kimia
teori anorganik hidup kembali pada tahun 60an,terutama di Uni Soviet. Pada tahun 1974 teori ini dikemukakan lagi secara lebih praktis oleh Porfir'ev. Dinyatakan bahwa dibawah kerak bumi terdapat suatu kombinasi antara air,grafit dan sulfida besi yang bertindak sebagai suatu baterai yang besar, dengan grafit bertindak sebagai penyalur aliran listrik.
- hipotesa asal kosmik
sebetulnya tidak ada garis batas yang jelas yang membedakan hipotesa asal kosmik dengan hipotesa yang lainnya yg menyangkal bahwa zat organik memegang peranan dalam terbentuknya hidrokarbon.
2 teori utama asal terjadinya minyak bumi
1. Teori anorganik atau abiogenesa,yang menyatakan bahwa minyak bumi berasal dari proses anorganik.teori ini sudah lama tidak dianut lagi,namun pada tahun-tahun belakangan ini,di Rusia di hidupkan kembali,misalnya tulisan Porfir'ev (1974) yang mengemukakan kembali tentang cara terjadinya minyakbumi secara anorganik.
2. Teori organik atau biogenesa,teori ini lebih dapat diterima oleh masyarakat umum diseluruh dunia terutama di luar Uni Soviet.
Teori mengenai cara terdapatnya minyakbumi harus didasarkan atas dua macam bukti,yaitu :
- didasarkan atas percobaan laboratorium,yaitu bahwa proses organik ataupun anorganik dapat mengimitasikan proses aslinya di alam. Dengan perkataan lain,proses kimianya harus betul dan harus terbukti di dalam laboratorium.
- didasarkan atas berbagai pemikiran geologi atas berbagai data mengenai tempat terdapatnya minyakbumi,dalam keadaan yang bagaimana,serta faktor geologi mana yang terlibat. Semua data ini didapatkan dari hasil eksplorasi dari seluruh dunia.
2. Teori organik atau biogenesa,teori ini lebih dapat diterima oleh masyarakat umum diseluruh dunia terutama di luar Uni Soviet.
Teori mengenai cara terdapatnya minyakbumi harus didasarkan atas dua macam bukti,yaitu :
- didasarkan atas percobaan laboratorium,yaitu bahwa proses organik ataupun anorganik dapat mengimitasikan proses aslinya di alam. Dengan perkataan lain,proses kimianya harus betul dan harus terbukti di dalam laboratorium.
- didasarkan atas berbagai pemikiran geologi atas berbagai data mengenai tempat terdapatnya minyakbumi,dalam keadaan yang bagaimana,serta faktor geologi mana yang terlibat. Semua data ini didapatkan dari hasil eksplorasi dari seluruh dunia.
teori asal anorganik minyakbumi
perkembangan teori asal anorganik atau lebih tepat dikatakan teori abiogenik sejajar dengan perkembangan teori asal organik.namun pada permulaan abad ke-20 teori anorganik ini boleh dikatakan sudah hampir tak ada penganutnya.tetapi pada tahun enampuluhan teori ini kembali di uni sovyet.
Langganan:
Postingan (Atom)